Copy (Hartadi teman Sang PKPTII) pada 23 Mei 2011 jam 11:33
Mahasiswa UTY dan Santri PP.ASSALAFIYYAH Mlangi Yogyakarta
Sepulang kuliah diterik biang lala siang ini senin 20 februari 2006. Tepat diusiaku yang ke 21. Tak ada seorang pun yang mengucapkan selamat ulang tahun yang dirangkai dengan do’a panjang umur,barakah dengan rejeki yang melimpah dan istri yang cantik serta sholihah kelak. Dengan ridho-Nya hingga menikmati indahnya syurga yang telah dijanjikan bagi hamba yang sabar dengan segala coba dan bala’. Karena coba adalah bukti cinta-Nya pada hamba-hamba yang papa,nista dimata sesama. Bahkan ibuku, yang meskipun hanya melalui udara mengucapkan selamat ulang tahun padaku dengan selaksa do’a yang mengiringi. Bahkan kadang dibumbui dengan tetes air mata haru dari ibuku dan dirikupun terlarut begitu.
Tahun ini yang usiaku sama dengan usia abad ini. Tak seperti tahun-tahun yang dulu-dulu. Kini tak seorang pun memberi kejutan dihari jadiku.
Dengan langkah gontai sambil mencoba melawan teriknya sang surya,aku keluar dari gedung yang seharian ini telah mengurungku. Menyusuri jalan yang sudah aku hapal diluar kepala kelok dan terjal-terjalnya. Dari gedung itu hingga menuju parkiran yang begitu padat. Menyibak deretan sepeda motor yang diparkir acak tak beraturan. Sepeda gunung tua miliku yang telah dengan setianya selalu menyertai setiap langkah menggapai asa dan sa’at-sa’at indah menuju peraduan indah menuju masa depan suciku.
Disitu kujumpai security parkir yang sudah agak tua. Sperti biasa dia melempar senyum ramah padaku.
“sudah pulang Mas...?”
“sudah pak! Kosong je...”
“ sepedanya diangkat saja mas, gak ada jalan ee”
“oooooo......ya pak!”
Aku pikir ada yang aneh disetir sepedaku. Sebuah kantong plastik hitam entah berisi apa. Aaahh....mungkin punya bapak itu,batinku dalam hati. Sesudahku keluar dari parkir dengan agak berteriak “ pak....ini punya bapak ya?”
“bukan..! itu untuk kamu. Dari pacar kamu. Tadi dia nitip sama bapak suruh njagain sampai kamu datang”.
“ah...bapak bergurau kan??? Mana ada pak mahasiswi sini yang menjadi pacarku. Mahasiswa miskin ditengah semaraknya pelet jepang”.
“yang namanya cinta tidak seperti itu mas. Dia bilang sama bapak tadi kalau dia benar-benar sayang sama mas”.
“bapak bisa saja!”
“benar mas. Dia cantik lho. Yang jelas dia anggun. Dari wajahnya seolah memancarkan cahaya”.
“mari pak! Saya pulang dulu ya. Terimakasih atas semuanya. Selamat siang!”
“siang...”
Sepanjang perjalanan cinta mengayuh sepeda tua menuju mihrab syurga. Aku tak habis pikir siapa yang iseng dengan memberiku barang seperti ini. Seperti sebuah kotak kado. Aku mencoba menerka. Tapi hasilnya nihil. Karena selama tiga semester dikampus ini aku tak mempunyai kenalan seorang mahasiswi pun. Apalagi dia mengaku telah mengetahui dirku luar dalam.
Peraduan suciku. Akhirnya aku sampai juga. Ditempat yang selalu aku merindukannya. Canda tawa dari teman-teman seperjuangan. Satu atap satu naungan asrama pesantren. Aku disambut dengan celotehan jenaka teman-temanku.
“wah...bawa oleh-oleh nie.....”
“enak nieh.........”
“buka dong!!!!!!!!”
Celoteh-celoteh merekalah setiap hari menjadi obat lelah setelah mengayuh sepeda tuaku. Jenaka dan menghibur. Meskipun kadang-kadang over.
“iya sabar...jare as shobru minal iman?”
“ok deh......”serempak mereka koor...
“le mbuka ngko yo, kesel banget jwe aku. Nek isine panganan ngko tak kasih deh kalian semua. Karang ra reti soko sopo e iki. Jo dibuka lo... pak leren sek aku. Awas nek dibuka......!”
Aku bermetamorfosis menjadi santri tulen. Berkopiah yang dipadu dengan sarung dan baju koko. Aku bergegas ambil air wudhu. Sebentar lagi ‘asar.
Gemericik hujan terdengar ritmis dan berirama. Sungguh mahakarya sang maestro komposer paling top. Dikompilasi dengan dengkuran binatang-binatang malam. Hal ini tentu menjadi tanda-tanda ke-Maha kuasaan sang maha esa bagi orang-orang dikehendaki dan menjalankan akalnya sesuai titah. Semilir angin berhembus melalui jendela kamar. Temanku sudah pada tidur semua. Dibuai mimpi bertemu dengan bidadari yang bermata jeli diatas permadani nan suci.
Seharian beraktifitas membuat badanku terasa pegal. Sehingga susah untuk memejamkan mata ini. Jam dinding menunjukan pukul 00.29 . Dini hari menjelang pagi. Tanpa sengaja bola mataku menatap kantong plastik yang tadi siang aku gantung didekat jendela. Aku lupa untuk membuka tadi. Dalam sekejap benda itu telah berada ditanganku.
Aku mengeluarkan isinya. Ternyata sebuah kotak yang dibingkis dengan kertas kado yang cantik bermotifkan bunga mawar beraneka warna. Dipojok kanan atas ada kertas putih berukirkan tinta perak
SELAMAT ULANG TAHUN YANG KE-21 PUJAANKU
PEMUJAMU
Ttd
AYU NAILA HAPSARI
Sebuah nama yang sangat asing bagiku. Banyak tanya dalam hati ini yang bergejolak tanpa harus tahu kemana aku mencari jawabnya.
Perlahan aku membukanya. Rasanya tak ingin kertas pembungkusnya itu terkoyak sedikitpun. Kalau namanya saja ayu aku berkeyakinan bahwa dia juga ayu baik dhohirnya maupun batinnya. Semoga saja begitu.
Detak jam dinding kamarku menjadi saksi. Dengan perlahan dan penuh perasaan juga arti aku membuka kotak itu. Sebuah album,sebuah diary dan sebuah amplop. Semerbak wangi ketika kotak itu aku buka. Aku jadi merinding. Jangan-jangan ini kadi kiriman dunia lain. Bulu kudukku berdiri, dan hatiku jadi was-was seketika. Namun aku coba menepis semua itu. Karena berburuk sangka itu tidak baik bagi psikis pelakunya.
Yang pertama aku buka adalah album yang lumayan tebal. Menurut perkiraanku ada sekitar 40-an photo didalamnya. Disampul depan dalam garis berornamen hati dituliskan
“Untuk cintaku,kupersembahkan album ini karena aku ingin kau menjadi pendamping hidupku didunia hingga akhirat. Aku mengkhitbahmu, nikah yuuuuk....!”
Deg.....jantungku terasa berhenti berdetak. Diriku seolah lebur oleh hubungan arus singkat yang berdaya 10kV.
Dengan bergetar,kedua tangan ini membuka halaman demi halaman. subkhanALLAH,lisan ini bertasbih menyucikan asma-Nya tiada henti. Dalam hatiku berkata “ ya......Arhamarohimiin,mimpikah diri ini? Benarkah kau kirim bidadari ini untukku ya...rabb? rasanya tak pantas jika aku harus bersanding dengannya. Diriku masih terlalu sering mengabaikan perintah-Mu ya rabb.....!” tanpa terasa butir-butir air mata ini mengalir dari kedua indraku. Sambil lisan ini sibuk bertasbih dan bertahmid mengagungkan asma-Nya.
Setelah aku merasa cukup membolak-balik lembar demi lembar dari album poto tersebut. Aku meraih sebuah buku kecil kira-kira berukuran 15x10cm. Ciri khas akhwat melekat habis pada buku itu. Aku coba dengan acak membaca salah satu halaman. Halaman dari kertas warna pink berlatar belakang bunga-bunga. Pada halaman itu tertulis betapa dia tahu siapa diriku. Mulai dari nasab, asal usul hingga saat ini dimana aku aku rasa dia juga tahu.
Ternyata dia juga sama denganku hari jadinya hanya selisih empat tahun,1990. Setelah aku rasa cukup membaca meski hanya secara acak. Karena butuh waktu lama jika harus aku baca semuanya. Aku kini beralih pada amplop biru muda. Warna yang dominan menghiasi cover jalan hidupku. Aku suka warna itu. Diatas secarik kertas putih polos tanpa garis tertulis kata dengan indah.
“kasih....,selamat ultah! Aku tahu,hati ini tak hanya ingin sekedar mengucap,namun aku ingin mendekap hangatmu. Namun aku tahu aku belum halal atasmu. Siang malam dalam munajat cintaku pada raja pencinta aku berharap kau menjadi pangeranku. Yang membangunkan tidur panjangku dalam sihir cinta di kastil asmara. Biarlh aku memujamu seperti laila,namun aku tak ingin kau menjadi Qois al majnun. Aku ingin kau adalah kau yang sekarang ini.
Teriring do’a dari peraduan cinta,semoga kesemogaan laila(aku) tercapai. Karena cinta........”
Pemujamu
Ayu naila hapsari
Hak Cipta Posting Berdasarkan IZIN RESMI PENULIS.
Salam Hormat,
AHMAD FAUZAN - PKPTII
0 Comments