Berpikir adalah baik. Makin banyak berpikir, makin baik. Dengan banyak berpikir kita banyak tahu, keputusan kita bertambah bulat karena pertimbangan kita cukup lengkap. Tetapi kita banyak yang kurang berpikir dan banyak pula yang terlalu banyak berpikir. Suatu waktu saya mengerahkan pikiran untuk menyusun sebuah argumentasi, saya lengkapi dengan data dari mana-mana yang akhirnya tersusun menjadi bahan yang berhasil menciptakan keuntungan bagi perusahaan tempat saya bekerja. Saya bangga karena telah berbuat jasa yang cukup berarti. Tetapi mana upahnya? Bonus tidak, naik gaji tidak penghargaan tertulispun tidak. Untuk apa susah-susah memeras otak? Tidak akan lagi-lagi. Rugi saya. Begitulah karena saya kebablasan berpikir kebanggaan saya berubah menjadi penyesalan; hati saya merasa sedih dan pesimis, sikap saya menjadi negatif. Apakah anda juga sering menghabiskan banyak waktu berkutat dikepala anda sendiri? Mengolah sesuatu dalam otak, memikirkannya dari segala sudut dan segala kemungkinan karena ingin mengambil keputusan yang sempurna sebelum bertindak? Silahkan tetapi secukupnya saja, sebab apabila berlebihan bisa-bisa berakibat stagnasi, frustrasi atau stress. Mungkin waktu yang anda habiskan untuk memikirkan sebuah soal yang sepele jauh lebih lama ketimbang waktu yang dibutuhkan kalau anda mau langsung mengatasi persoalan itu. Belum lagi energi yang hilang percuma.
Psikolog Sian L. Beilock dari universitas Chicago pada 2008 meneliti tentang pengaruh kesempatan untuk berpikir yang diberikan kepada pegolf pemula dan pegolf profesional sebelum mereka diminta melakukan serangkaian pukulan. Pegolf pemula dianjurkan untuk mengambil waktu sebelum mulai, sedang kepada para professional dianjurkan untuk segera saja melakukannya. Ketika pegolf pemula diminta untuk melakukan lebih cepat, pukulan mereka menjadi kurang akurat, tapi pegolf profesional justru sebaliknya: mereka menunjukkan pukulan yang prima ketika diminta segera memukul dan goyah ketika disarankan untuk lebih dulu mengambil waktu. Terlalu banyak berpikir memang banyak menggagalkan kegiatan yang memerlukan keahlian dan ketelitian; baik kegitan fisik maupun mental. Anda dapat tersedak ketika berpidato didepan umum atau dalam seminar jika terlalu banyak berpikir untuk mencari kata-kata yang lebih tepat, salah menendang bola karena sibuk berpikir kearah pemain mana bola sebaiknya diberikan. Atau gagal menerbitkan artikel karena terus-menerus dibaca ulang dan diperbaiki sampai akhirnya dibatalkan karena kecewa. Begitulah terlalu banyak berpikir telah menggagalkan kreasi, menggangu inisiatif dan melemahkan motivasi, meskipun semula kita pahami sebagai mekanisme pertahanan untuk menghindari kegagalan.
Menurut sebuah artikel dalam Scientific American, mencoba berkonsentrasi untuk memantau kwalitas kinerja kita sendiri adalah kontraproduktif karena otak kecil kita, yang mengatur gerakan yang komplek tidak mungkin kita akses dengan sadar dan disengaja. Karena terlalu banyak berpikir bukan bawaan lahir dan terbukti berbahaya, sebaiknyalah untuk dihindari. “Berhentilah menunggu kesempurnaan. Kerjakan saja niat yang sudah dipertimbangkan. Jangan terlalu banyak asumsi, tinggalkan teori, segera bertindak. Rasakan takut tapi tetap lakukan! Jangan biarkan rasa takut membajak potensi atau melumpuhkan hidup anda!”. Begitu diantara nasehat motivator yang saya baca di internet, dan masih banyak lagi…….
Sumber ini Dikutip Oleh Pak Fauzan
Oleh :
Bapak Jum'an Basalim
SNS :
Facebook
0 Comments