Hati ini diciptakan Allah untuk menjadi tempat kebahagiaan hakiki.
Karena itu hati harus selalu dekat dengan Allah. Bila hati sudah terisi
dunia, Allah tidak mau mengisinya. Begitu pun cinta kepada manusia,
harus yang dapat mendekatkan kepada Allah.
Cinta kepada anak
istri dibolehkan sepanjang menjadi pengingat kepada Allah. Sebaliknya,
bila cinta kepada anak istri membuat lalai, berjarak, dan jauh dari
Allah, maka segera kurangi cinta itu. Cukuplah cinta sekadarnya saja.
Bagaimana pun, makhluk tidak boleh menjadi penghalang cinta kepada
Allah.
Jika kita merasa sudah bergaul dengan banyak orang,
namun hati merasa tidak nyaman dan terasa keras, ini sebenarnya gejala
bahwa Allah masih ingin dekat dengan kita. Tapi bila masih nyaman saja
bergaul dan berbincang dengan banyak orang, maka bisa jadi itu gejala
hijab dengan Allah.
Sebelum kita minta sesuatu, Allah sudah
sangat tahu kebutuhan kita. Karena memang Allah yang membuat
kebutuhannya. Tapi, Allah sangat menyukai hamba-Nya yang memohon, berdoa
dengan segala kerendahan. Berdoa dengan hati yang bersih, adalah ciri
dikabulkannya doa. Jika Allah ingin memberikan mustajab (terkabulnya)
doa, maka Allah juga akan memberikan kemampuan kepada seseorang untuk
berdoa dengan khusyu.
Ciri seorang ahli ma’rifat adalah selalu
merasa membutuhkan Allah. Tidak pernah merasa tenang dan nyaman, bila
bersandar kepada selain Allah. Bila mau bicara, ia minta dituntun Allah.
Selama bicara pun ia selalu berdoa, minta diampuni jika khilaf. Bila
sedekah, ia juga minta diberi keikhlasan. Bila berjalan, minta dijaga
pandangannya. Pokoknya, ia selalu minta yang terbaik dari Allah.
Sebaliknya, orang yang tidak kenal Allah, jarang meminta kepada Allah.
Ia merasa sudah tahu dan bisa berbuat dengan ilmunya.
Orang
yang ma’rifat juga sangat takut jika tidak dibimbing dan dilindungi
Allah. Kebahagiaannya justru dari ketidaknyamanan karena takut kepada
Allah. Karena baginya, kebahagiaan sejati adalah bila takut dan harap
kepada Allah semata.