Ada beberapa potensi qalbu yang terus-menerus saling berebut kekuasaan, yaitu fu’ad, shadr,
dan hawaa. Setiap potensi mempunyai fungsinya
masing- masing mengatur sirkulasi antara diri manusia sebagai pribadi dengan
lingkungannya, seraya memancarkan kualitas batinnya sambil berinteraksi dalam
tiga dimensi, yaitu Allah, aku, dan alam. Apabila cahaya qalbu meredup, gelap- lah saluran batin, sehingga saluran itu
kehilangan api penghangat cinta, dan berganti dengan kejahatan, kemunafikan
serta berbagai keputusan yang diambil alih sifat setan.
Al-Qur’an
mengisyaratkan kekuatan potensial dari struktur kepribadian manusia yang
diberikan potensi cahaya cinta Ilahi (nurullah)
yang menerangi dan memberikan energi kepada qalbu untuk mengendalikan caranya dia ber-interaksi dengan lingkungan.
Pada awainya cinta mendahului benci. Dan kalaupun ada benci, itu pun karena
ingin mempertahankan cinta. Membenci karena cinta dan tidak mungkin mencintai
karena benci!
Sagava cinta yang
membentang menerangi qalbu
adalah hubb,
sebuah energi cahaya yang sangat orisinal dari Ilahi yang menggerakkan
fungsi moral dan caranya manusia berinteraksi atas dasar prinsip
kebenaran (truth and morality principles), sedangkan sisi lain dari
energi
cahaya selain hubb adalah iman yang pada hakikatnya tampil untuk membela
hubb. Iman bukan hanya diartikan sebagai percaya,
melainkan harus dipahami sebagai energi yang selalu membela cinta.
Dengan iman
dia mencinta dan karena dia mencinta maka dia beriman.
Hubb bertugas untuk memberi dan melimpahkan, sedangkan
iman bertugas untuk menjaga keinginan hubb
agar cahaya cinta yang putih, orisinal dan membawa keluhuran budi dapat
diamankan. Iman selalu berpihak kepada hubb.
Iman bersifat memaksa, memerintah, dan mengendalikan. Iman adalah partner sejati dari cinta yang membela kepentingan
cinta. Iman adalah kekuatan yang positif, sedangkan hawa adalah kekuatan
negatif. Iman akan membentengi hubb dari
bentuk kekuatan negatif yang akan menyimpangkan dan melumpuhkan cinta. Manusia
yang kehilangan hubb, pada dasamya berpusat
pada ketidakberdayaan dirinya untuk mempertahankannya dari kekuatan negatif
hawa.
Hubb dan iman memberikan energi batin di atas energi
vital yang dimiliki jiwa manusia. Dia mempunyai kewajiban untuk mengisi
qalbu dengan fitrah Ilahi yang kemudian oleh sang qalbu dialirkan dan
dipancarkan ke seluruh saluran menjadi satu
potensi.
Kewajiban qalbu mengendalikan dan membagi kedua energi tersebut dan
membersihkan berbagai potensi batin yang berada dalam struktur jiwa setiap
saat, sehingga potensi batin ini tetap berfungsi, hidup dengan sensitivitas
tinggi untuk memelihara dan sekaligus menangkap cahaya kebenaran, moral, dan tanggung jawabnya sebagai hamba Allah.
Cahaya Ilahi harus
terus hidup dan benderang dengan mengaktifkan hubb dan
iman sehingga manusia selamat menempuh perjalanan hidupnya sebagai manusia yang
hanya berpihak dan beriman kepada Allah,
"Allah adalah
Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan dari kegelapan (kekafiran)
kepada cahaya (iman).... "(al-Baqarah: 257)
Al-Qur’an selalu mengaitkan (nisbat) antara cahaya
dan kemampuan manusia melihat tanda-tanda (ayat, informasi, fakta, universum),
agar melalui ayat-ayat tersebut manusia mendapatkan pencerahan qalbu (al-Hadiid: 9). Nisbat yang lain adalah
keterkaitan manusia dengan zikir, yaitu bentuk kesadaran Ilahi yang sangat
dicintai Allah dan para malaikat, sehingga manusia selamat dari perangkap setan
yang gelap (al-Ahzab: 43).
Allah yang mencipta
cahaya tersebut, sangat mencintai ciptaan-Nya, yaitu manusia yang paling indah, sehingga Dia mengajarkan agar setiap jiwa me-
nerangi dirinya dengan Al-Qur’an, apabila manusia ingin mendapatkan pencerahan
atau percikan keabadian cahaya-Nya,
.. (Ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu
supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang
benderang dengan izin Tuhan mereka...." (Ibrahim: 1)
Hubb yang kemudian membuahkan mahabbah,
rasa cinta kasih, adalah akar dari sebuah pohon,
sedangkan iman adalah batangnya yang kuat, dan takwa adalah cabang ranting
serta daunnya yang rimbun.
* KH. Toto Tasmara, Penerbit Gema Insani Press