Di dalam sirah (buku
sejarah) Ibnu Hisyam, As-Siroh an-Nabawiyah, diceritakan, suatu ketika
sekelompok orang Yahudi berusaha memecah belah persatuan kaum Muslimin setelah
suku Aus dan Khajraj masuk Islam. Salah seorang dari mereka menyusup di antara
kedua suku tersebut. Tujuannya, berusaha memancing (memprovokasi) mereka
sehingga muncul permusuhan. Orang Yahudi itu kembali mengungkit-ungkit Perang
But'ah, yaitu perang saudara di zaman Jahiliyah antara suku Aus dan Khajraj.
Selain itu, sajak-sajak yang mengandung permusuhan juga dibacakan untuk
memanasi mereka. Akibatnya, orang-orang Aus dan Khajraj pun tersulut dan nyaris
berperang.
Untungnya, kabar tersebut segera sampai kepada Rasulullah SAW. Di hadapan kedua
suku itu, Rasulullah bersabda, ''Wahai orang-orang Islam, ingatlah Allah,
ingatlah Allah. Apakah kalian akan bertindak seperti para penyembah berhala
saat aku hadir di tengah kalian dan Allah telah menujukkan kepada kalian dengan
Islam, yang karena itulah kalian menjadi mulia dan menjauhkan diri dari
paganisme (berhala), menjauhkan kalian dari kekufuran dan menjadikan kalian
bersaudara.'' Dalam peristiwa lain diceritakan, pernah terjadi kesalahpahaman
antara sahabat Abu Dzar dan sahabat Bilal bin Rabah.
Abu Dzar berkata kepada Bilal, ''Kamu anak seorang budak hitam.'' Rasulullah
SAW yang mendengar tentang hal ini sangat marah. Lalu, beliau mengingatkan Abu
Dzar dengan sabdanya, ''Ini keterlaluan, Abu Dzar. Orang yang ibunya berkulit
putih tidak memiliki kelebihan yang membuatnya menjadi lebih baik daripada
seorang yang ibunya berkulit hitam.'' Peringatan tersebut sangat membekas pada
diri Abu Dzar. Ia kemudian meletakkan kepalanya di atas tanah dan bersumpah
tidak akan mengangkatnya sebelum Bilal menginjakkan kaki di atas kepalanya.
Rasulullah memang terkenal sangat tegas menentang sikap ta'ashub ashabiyah.
Yakni, semangat golongan dan semangat kelompok (kepartaian/lihat kamus
al-Munawwir hlm 1005). Ashabiyah merupakan ikatan manusia atas dasar golongan,
kesukuan, maupun nasionalisme sempit. Islam sebagai agama rahmatan lil 'alamin
tidak membeda-bedakan status, golongan, partai, atau warna kulit. Apakah itu
kaya, miskin, berkulit putih atau hitam, semuanya sama di hadapan Allah SWT.
Yang membedakan hanyalah tingkat ketakwaan. Sehingga, tidak sepatutnya
orang-orang Islam itu, karena persoalan sepele, terus saling membenci, memaki,
apalagi sampai bermusuhan. Apakah kita lupa bahwa ''Sesungguhnya orang-orang
beriman itu bersaudara?'' (Al-Hujurat: 10).
Di sisi lain, Allah SWT memerintahkan agar umat Islam selalu bersatu dalam tali
Allah, yakni agama Islam. Firman-Nya, ''Berpegang teguhlah kalian semuanya
kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai.'' (Ali Imran:
103). Rasulullah SAW juga menegaskan, ''Bukan dari golongan kami orang-orang
yang menyerukan ashabiyah, orang yang berperang karena ashabiyah, serta
orang-orang yang mati membela ashabiyah.'' (HR Abu Dawud). Nah, partai boleh
beda, tetapi ukhuwah Islamiyah harus tetap diperkokoh. Jangan justru saling
membenci, apalagi bermusuhan.