"Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain".
(Q.S. Al Insyirah: 7)
Ayyuhal Ikhwah rahimakumullah.
Tidak dipungkuri lagi dalam pandangan kita sebagai kader
dakwah bahwa tabiat seorang mukmin sejati adalah
berbuat, berbuat dan terus berbuat. Sehingga seluruh
waktunya selalu diukur dengan produktivitas amalnya. Ia
tidak akan pernah diam karena diam tanpa amal menjadi
aib bagi orang beriman. Seorang mukmin akan terus
mencermati peluang-peluang untuk selalu berbuat. Maka
perlu kita ingat dalam sanubari yang paling dalam bahwa
'nganggur' dapat menjadi pintu kehancuran. Tidaklah
mengherankan banyak ayat maupun hadits yang memotivasi
agar selalu berbuat dan berupaya untuk menghindari diri
dari sikap malas dan lemah. Malas dan lemah berbuat
dianggap sebagai sikap dan sifat buruk yang harus
dijauhi orang-orang beriman.
Mengingat tugas dan tanggung jawab yang kita emban
sangat besar dan masih banyak agenda yang menanti untuk
diselesaikan maka segeralah untuk menyiapkan diri
menunaikannya. Rasanya perlu dicamkan dalam benak
pikiran kita akan nasehat syaikh Abdul Wahab Azzam:
'Pikiran tak dapat dibatasi, lisan tak dapat dibungkam,
anggota tubuh tak dapat diam. Karena itu jika kamu tidak
disibukan dengan hal-hal besar maka kamu akan disibukan
dengan hal-hal kecil'.
Oleh karena itu Rasulullah SAW. segera memberangkatkan
para sahabat dalam ekspedisi militer yang beruntun
sesudah Badar untuk meminimalisir konflik internal yang
amat mungkin terjadi lantaran berhenti sesudah amal
besar.
Ayyuhal ikhwah rahimakumullah.
Setiap kesempatan yang diberikan kepada seorang mukmin
maka setiap saat itu pula ada satu kaedah perintah
secara implisit untuk dapat mengukir prestasi dirinya.
Agar apa yang dilakukannya dengan berputarnya waktu
mampu disesuaikan dengan tuntutan zaman dan kapabilitas
rijal-nya. Seperti kaedah dakwah yang memaparkan,
'setiap dakwah ada marhalah (tahapan)nya dan setiap
marhalah ada tuntutannya dan setiap tuntutan ada
orangnya'.
Sangat mudah untuk dipahami bila setiap waktu ada
tuntutannya maka kita mesti menyelaraskan diri agar
sesuai dengannya. Tuntutan ini selaras dengan amanah
yang diembankan kepada kita saat ini. Dan dalam
pandangan Islam setiap amanah merupakan sesuatu tugas
yang tidak boleh dikhianati atau diabaikan hingga tidak
dapat menunaikannya dengan baik. Inilah kesempatan emas
bagi kita untuk mengukir ukiran terindah dalam hidup
kita secara personal maupun kolektif agar kita mampu
memberikan cermin indah bagi orang lain ataupun generasi
berikutnya. Inilah saat yang tepat bagi kita mengukir
prestasi. Pergunakanlah sebaik-baiknya agar kita
memiliki investasi besar dalam dakwah ini.
Ayyuhal ikhwah rahimakumullah.
Kita telah mafhum bahwa kemarin kita telah memaksimalkan
tadhiyah untuk jihad siyasi. Dan kitapun telah
mengetahui balasan yang diberikan Allah atas upaya
maksimal kita. Namun bukan berarti kita telah selesai
dalam amal jihadiyah ini. melainkan kita menindak
lanjuti prosesi amal ini. Agenda besar yang dapat kita
lakukan adalah:
Pertama, Recovery tarbiyah, maksudnya adalah
mengembalikan iklim tabawi seperti semula yang
menanamkan sikap komitmen pada Islam sikap kekokohan
maknawi dan militansi nilai-nilai dakwah. Begitu pula
tentang apakah perjalanan liqa tarbawinya sebagaimana
perjalanan di waktu normal. Memang kita akui bahwa saat
kemarin perjalanan liqa tarbawi ini sedikit mengalami
'gangguan'. Juga kondisi ruhaniyah dan moral para kader
dakwah yang selalu menjadi pijakan dasar bagi para kader
apakah dalam kondisi prima ataukah sebaliknya. Sehingga
aktivitas yang biasa dilakukan melalui mabit-mabit dapat
dikerjakan atau jalasah ruhiyah yang selalu diagendakan
bagi akhwat dan lainnya. Hal ini tentu berdasarkan pada
pandangan bahwa tarbiyahlah yang menjadi pijkan dakwah
kita sehingga aktivitas ini harus segera diin'asy
(disegarkan) kembali.
Ayyuhal ikhwah rahimakumullah.
Kedua, Taushi'atut Tajnid (Ekspansi Rekrutmen), sesudah
banyak orang yang berhimpun dalam barisan dakwah ini
maka kita harus memberikan hak tarbiyah mereka. Apalagi
mereka pun sesungguhnya sangat menanti kehadiran kader
dakwah untuk bisa membina diri mereka dan menjadikan
mereka sebagai bagian dari mesin besar dakwah ini. Pada
waktu yang lalu rekrutmen kader terbatas pada satu pintu
tertentu, yakni kalangan akademisi. Di hari ini
segmentasi rekrutmen sudah sangat beragam. Sehingga para
junud dakwah ini harus dapat mengantisipasi untuk
memperluas wilayah pembinaan di berbagai kalangan.
Orang-orang yang telah berhimpun itu secara tidak
langsung mengandung tanggung jawab untuk membina mereka
menjadi kader yang sesunguhnya.
Ayyuhal ikhwah rahimakumullah.
Ketiga, Ta'amuq Dzaty, memperdalam kualitas dan
kemampuan diri. Sudah kita ketahui bahwa semakin banyak
amanah yang dipercayakan umat kepada kita maka harus
semakin meningkat kualitas dan kemampuan kita untuk
dapat menunaikannya. Dan sekarang amanah yang diserahkan
kepada kita pun dengan urusan yang beragam. Sehingga
kita pun selayaknya memperdalam kemampuan kita untuk
dapat menyelesaikan urusan orang banyak yang beragam
itu.
Ayyuhal ikhwah rahimakumullah.
Keempat, Taqwiyatu Billah, memperkokoh hubungan dengan
Allah SWT. yang dapat menjadikan diri kita mampu dan
kuat tidak lain karena hubungan yang kuat pula pada
Allah SWT. sehingga kita tidak boleh mengabaikan
amal-amal yang menghantar diri kita ke arah itu. Dan
amaliyah ini sedapat mungkin menjadi harian kader yang
selalu menghias pada jiwa dan raganya. Semoga Allah
senantiasa memberikan kekuatan kepada diri kita untuk
dapat melaksanakan tugas-tugas yang kita emban hari ini.
Amien. Wallahu 'alam bishshawab.
"Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan
Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat
pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan". (Q.S. At Taubah: 105).