Advertisement

Responsive Advertisement

Contoh Makalah Pembelajaran

Menyusun Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

A.Pengertian
    Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.

B.Rasional
    Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.

C.Pemikiran Tentang Belajar
    Proses belajar anak dalam belajar dari mengalami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Transfer belajar; anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Siswa sebagai pembelajar; tugas guru mengatur strategi belajar dan membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru, kemudian memfasilitasi kegiatan belajar. Pentingnya lingkungan belajar; siswa bekerja dan belajar secara di panggung guru mengarahkan dari dekat.



D.Komponen Pembelajaran CTL
    Beberapa komponen pembelajaran CTL adalah
1.Konstruktivisme
Merupakan salah satu komponen Pembelajaran Kontekstual (CTL). Hal-hal yang perlu diperhatikan:
- Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal
- Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
- Siswa belajar sedikit-demi sedikit dari konteks terbatas.
- Siswa mengkonstruk sendiri pemahamannya.
- Pemahaman yang mendalam diperoleh melalui pengalaman belajar bermakna.

2.Inquiry
Inquiry merupakan :
- Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman
- Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
- Siklus yang terdiri dari mengamati, bertanya, menganalisis dan merumuskan teori, baik perorangan maupun kelompok.
- Diawali dengan pengamatan, lalu berkembang untuk memahami konsep/fenomena.
- Mengembangkan dan menggunakan keterampilan berpikir kritis.

3.Questioning
- Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa
- Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry

Bagi Guru
- Menuntun siswa berpikir,
- Mengecek pemahaman siswa,
- Membangkitkan respon siswa.

Bagi Siswa
- Menggali informasi,
- Menghubungkan dengan pengetahuan yang dimiliki,
- Memecahkan masalah yang dihadapi.

4.Learning Community
Masyarakat Belajar atau Learning Community:
- Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar
- Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri
- Tukar pengalaman
- Berbagi ide
- Berbicara dan berbagi pengalaman dengan orang lain.
- Ada kerjasama untuk memecahkan masalah.
- Hasil pembelajaran secara kelompok akan lebih baik daripada belajar sendiri.
- Ada fasilitator/guru yang memandu proses belajar dalam kelompok.

5.Modeling
Modeling atau Permodelan:
- Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar
- Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
- Membahasakan gagasan yang Anda pikirkan.
- Mendemonstrasikan bagaimana Anda menginginkan para siswa untuk belajar.
- Melakukan apa yang Anda inginkan agar siswa melakukan.
- Guru bukan satu-satunya contoh bagi siswa.
- Model berupa orang, benda, perilaku, dll.

6.Authentic Assesment
Authentic Assessment atau Penilaian sebenarnya:
- Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa
- Penilaian produk (kinerja)
- Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
- Menilai dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber.
- Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
- Mempersyaratkan penerapan pengetahuan dan keterampilan.
- Proses dan produk kedua-duanya dapat diukur.
   
7.Reflection
- Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari
- Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
- Menelaah dan merespon terhadap kejadian, aktivitas, dan pengalaman.
- Mencatat apa yang telah kita pelajari, bagaimana kita merasakan ide-ide baru.


Metode Pembelajaran Kooperatif

    Menurut Slavin  pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok -kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:
1) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar  dalam kelompok secara kooperatif,
2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah,
3) jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan
4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.

    Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama. Menurut Ibrahim dkk.  siswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya jika siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Untuk itu setiap anggota berkelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.

    Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas tujuan pertama pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah  untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

    Menurut Ibrahim, dkk. pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk siswa yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan. Cooper mengungkapkan keuntungan dari metode pembelajaran kooperatif, antara lain:
1) siswa mempunyai tanggung jawab dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran,
2) siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi,
3) meningkatkan ingatan siswa, dan
4) meningkatkan kepuasan siswa terhadap materi pembelajaran.

Menurut Ibrahim, unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1) siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama,
2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya,
3) siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama,
4) siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya,
5) siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok,
6) siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, dan
7) siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara  individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

    Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar mengajar yang bermanfaat dengan jalan mengelompokkan siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda kedalam kelompok-kelompok kecil.

Menurut Johnson dan Johnson (dalam Mulyono Abdurahman, 1999:123) ada empat elemen dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu:
a. Saling ketergantungan positif
b. Interaksi tatap muka
c. Akuntabilitas individual
d. Ketrampilan dalam menjalin hubungan interpersonal

    Besar kelompok dalam pembelajaran kooperatif biasanya terdiri dari dua sampai enam anak. Menurut Mulyono Abdurahman (1999:125), mengatakan bahwa faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan besarnya kelompok belajar, yaitu:
(1) kemampuan anak
(2) kesediaan bahan
(3) Ketersediaan waktu.

    Pengelompokan anak dalam pembelajaran kooperatif hendaknya secara heterogen, sehingga kelompok memilih anggota yang tergolong berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan ketrampilan sosial. Salah satu aspek penting pembelajaran kooperatif, disamping membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif, secara bersama membantu siswa dalam pembelajaran akademis mereka. Hal ini sesuai dengan penalitian Slavin dalam bukunya Ibrahim, Muslimin, dkk, 2000:16. Simpulan dan hasil penilitian tersebut adalah “Dari 45 laporan, 35 diantaranya menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol”. Hal tersebut menunjukkan pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam peningkatan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman belajar individual.

    Dari hasil penelitian Johnson dan Johnson dalam bukunya Nur, dkk, (2003:63) menunjukkan adanya berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut:
a. Memudahkan siswa dalam melakukan penyesuaian soal
b. Mengembangkan siswa melakuakan penyesuaian soal
c. Memungkinkan pada siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan
d. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia
e. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik
f. Meningkatkan motivasi belajar intrinsik
g. Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar
h. Meningkatkan hubungan posotif antara siswa dengan gurdan personil sekolah
i. Meningkatkan padangan siswa terhadap guru yang bukan hanya pengajar tapi juga pendidik

Beberapa teknik pembelajaran kooperatif diantaranya :
1. Metode STAD (Student Teams Achievement Division)
2. Metode Jigsaw
3. Metode G (Group Investigation)
4. Metode Struktural
5. Metode Dua Tinggal Dua Tamu
6. Metode Keliling Kelompok
7. Metode Kancing Gemericik




Demikianlah Contoh Makalah "menyusun model pembelajaran contextual teaching and learning" FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN