Advertisement

Responsive Advertisement

Indahnya hidup merdeka

Segala puji bagi Allah Yang Maha Agung, yang selalu ingin membahagiakan
hamba-hamba-Nya, dengan menjadi pribadi yang bebas dari perbudakan hawa nafsu, perbudakan cinta
dunia, atau perbudakan apapun yang akan merampas kemuliaan dan kebahagiaannya. Satu-satunya
jalan menjadi tuan yang berhak memerintah dan mengatur dirinya sendiri adalah dengan menjadi
hamba Allah semata.

Shalawat dan salam semoga tercurah bagi baginda Rasulullah Saw. yang hidupnya benar-benar
merdeka dari perbudakan apapun, selain mulia menjadi hamba Allah semata.

Saudara-saudaraku yang budiman, alangkah pilu dan pedih melihat bangsa yang terjajah dan
terampas kemerdekaannya. Diatur dan diperintah semata-mata untuk mengikuti selera yang menjajah.
Tiada ketentraman, tiada cita-cita, tiada kebahagiaan, dan tiada masa depan yang cerah.

Kita saksikan pula negeri kita yang pernah dijajah Belanda 350 tahun lamanya, lalu dilanjutkan
oleh penjajahan Jepang. Hasilnya, walaupun kini kita sudah merdeka tapi kita tetap terpuruk
dalam ujian yang seakan tiada akhirnya. Karena kendatipun bangsa kita telah merdeka, ternyata
sebagian besar pemimpin dan rakyatnya--serta boleh jadi termasuk kita-- masih dijajah oleh
bentuk penjajahan yang lain, yang membuat hidup kita tidak bahagia, tidak merdeka dan tidak
mulia.

Pertemuan kali ini mudah-mudahan akan mengantarkan kita untuk menyadari betapa pentingnya
membebaskan diri dari belenggu yang akan merusak martabat kita sebagai manusia mulia, karena
terjajah oleh sesuatu selain Allah.

Hidup yang merdeka adalah:

1. Tidak Disiksa oleh Banyaknya Keinginan
Memiliki keinginan adalah sesuatu yang sangat manusiawi, bahkan manusia bisa maju dan
berprestasi karena keinginan. Tetapi, jikalau hidup diperbudak keinginan sampai terampas
kebahagiaan, ibadah, waktu, pikiran, tenaga, bahkan biaya hanya untuk meladeni keinginan kita,
dan keinginan tersebut nyata-nyata tidak membawa manfaat bagi kemuliaan dunia dan akherat,
berarti kita sudah dijajah oleh keinginan.

Simaklah orang yang disiksa oleh keinginan memiliki rumah megah, mobil baru, penampilan yang
selalu trendi, hari-harinya benar-benar hari-hari yang terjajah. Tidak layak kita menggadaikan
hidup ini untuk meladeni setiap keinginan.

Kita harus selalu berpikir jernih. Keinginan yang harus kita penuhi adalah keinginan yang
disukai oleh Allah, yakni keinginan yang bisa menjadi ladang amal saleh kita dan bekal untuk
kepulangan kita ke akhirat. Dengan demikian perjuangan kita pun akan menjadi ibadah. Dapat atau
tidak yang kita inginkan, insya Allah tetap menjadi amal kebaikan dan bisa menjadi bekal pulang
yang bernilai.

Fadiza’azamta fa tawakkal allallah Luruskan niat, sempurnakan ikhtiar, dan bertawakallah karena
tawakal itulah hakekat keinginan. Yang terbaik menurut kita belum tentu baik menurut Allah.
Begitupun sebaliknya, buruk menurut kita belum tentu buruk menurut Allah.

“Waasaantakrahu syaiawwahuwa khairullakum waasyaantuhibbuu syaiawwahuwa syarrullakum wallahu
ya’lamu waantum lata’lamun” Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu ; Allah mengetahui ,
sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al Baqarah 216). Dengan kata lain, silakan miliki keinginan
tapi pastikan keinginan itu menjadi pengantar ke jalan yang lurus dan ikhtiar di jalan Allah
serta serahkanlah kepada Allah apa yang terbaik menurut Allah semata. Insya Allah kita akan
bebas dari penderitaan disiksa oleh keinginan.

2. Bebas dari Perbudakan Nafsu
Nafsu adalah bagian dari karunia Allah yang melengkapi kehidupan kita menjadi bahagia bahkan
mulia. Namun, nafsu harus terkendali. Kita lihat orang-orang yang diperbudak nafsu syahwat,
hari-harinya hanya memikirkan kemaksiatan. Perencanaannya berencana berbuat maksiat.

Bahkan kita lihat ada orang yang melumuri dirinya dengan perbuatan yang sangat rendah karena
diperbudak oleh syahwat. Dia berzina dan memperkosa, sehingga menghancurkan nilai-nilai yang ada
pada dirinya dan juga menghancurkan orang lain, semata-mata karena diperbudak oleh syahwat.
Padahal kalau kita lurus di jalan Allah maka kita akan mendapatkan ganjaran dari setiap
aktifitas yang kita lakukan.

Begitu pula orang yang diperbudak nafsu amarah, pikirannya penuh kekejian, dendam membara,
tutur kata penuh angkara murka, tindakan menjadi keji dan hina, dan sudah pasti dia tidak akan
pernah disukai oleh orang lain, sehingga hari-harinya penuh ketegangan, na’uzubillahi minzalik.

Untuk itu, waspadalah bagi siapapun yang tidak bersungguh-sungguh melatih diri untuk
mengendalikan amarah, maka akan habis kehidupannya karena dijajah oleh nafsu amarah.

Wahai sahabatku yang baik, hidup tidak pernah bahagia dan mulia bagi orang-orang yang dijajah
oleh kemarahan. Kita harus berjuang sungguh-sungguh untuk melatih diri menjadi seorang yang
dapat mengendalikan marah, melatih diri untuk tidak mudah tersinggung, melatih diri untuk mudah
memaafkan dan memakliumi keadaan orang lain, bahkan kalau bisa latih diri kita untuk membalas
dengan kebaikan kepada orang-orang yang khilaf berbuat keburukan kepada kita. Kalau kita
terkendali dari nafsu amarah dan syahwat, insya Allah hidup ini lebih ringan dan bermartabat.

3. Tidak Diperbudak Asmara
Salah satu yang memperindah dan menghiasi hidup kita adalah cinta. Tapi kita lihat ada orang
yang dikutuk orang tuanya, bahkan terjerumus ke lembah nista dalam perbuatan-perbuatan yang hina
justru karena cinta--tentu cinta buta yang membuat tidak bisa melihat kebenaran.

Waspadalah saudaraku, jatuh cinta ibarat memasuki sebuah pusaran air, kalau tidak hati-hati
semakin cinta semakin membelenggu, semakin hanyut, berkurang rasa malu, dan membara nafsu yang
akhirnya menyengsarakan dunia akhirat, kecuali cinta di jalan Allah.

Jatuh cinta ibarat memasukkan ayam kampung ke kamar, akan sulit mengusirnya. Kalaupun susah
payah mengusir, maka kamar akan berantakan. Begitulah orang-orang yang dilanda asmara dan tidak
sungguh-sungguh menjaga diri.

Oleh karena itu jauhilah percintaan yang tidak disukai dan tidak di jalan Allah. Milikilah
cinta yang asli karena Allah yang caranya betul-betul menegakkan apapun yang diaturkan dalam
agama. Percayalah, rambu-rambu yang diberikan oleh Allah akan membuat diri kita tidak diperdaya
oleh cinta yang tampaknya indah padahal bisa jadi menjerumuskan, na’uzubillahi minzalik.
Berlindunglah kepada allah supaya kita tidak diperbudak oleh asmara membuta.

4. Orang yang Jujur 
Saudaraku, setiap kali berbohong maka bohong itu akan menjadi penjara bagi kita. Kita akan
selalu was-was, takut diketahui kebohongan (kedustaan) kita yang mengharuskan kita berbuat
bohong lanjutannya. Dan bohong itu pun tentu akan menjadi penjara baru. Demikianlah kurang lebih
bagi orang-orang yang berdusta, berbohong atau tidak jujur dalam hal apapun.

Oleh karena itu tidak akan merdeka orang-orang yang tidak menjaga dirinya dari kedustaan dan
ketidakjujuran. Pastikanlah kita menjadi orang yang menikmati hidup jujur. Semakin sedikit
rahasia semakin merdeka hidup ini. Semakin tidak mengenal dusta, semakin tidak terancam diri
ini. Tak ada yang membuat kita takut harus diketahui aib dan kebohongan oleh orang lain karena
memang kita tidak menyembunyikan sesuatu.

Lebih baik kita disisihkan karena kita jujur daripada kita diterima karena berdusta, berarti
sepanjang waktu kita akan penuh ketegangan. Selamat berbahagi bagi saudara yang berjuang menjadi
pribadi yang jujur terpercaya karena itulah milik orang-orang yang merdeka dan jujur.

5. Orang yang Tawadhu
Rendah hati adalah kunci kebahagiaan. Semakin kita ingin dihargai, semakin ingin dihormati,
semakin ingin dipuji, semakin ingin diperlakukan lebih, maka semakin sengsara hidup ini, karena
kita semakin butuh kepada orang lain. Padahal orang lain belum tentu sesuai keinginannya dengan
kita.

Orang yang rendah hati, pikirannya adalah justru ingin melihat orang lain lebih berhak untuk
dihargai, lebih berhak untuk dihormati, dan tidak melihat orang lain lebih rendah dari dirinya.
Ketawaduaan tidak akan pernah menghinakan, bahkan sebaliknya akan mengangkat derajat seseorang.

Sebagaimana yang dijaminkan oleh Rasulullah Saw, “Wa maa tawaadla’a ahadun lillahi illa ra
fa’ahullah”Dan seseorang yang selalu merendahkan diri karena Allah, pasti Allah akan mengangkat
derajatnya.” (HR.Muslim). Adalah mimpi kita bahagia jikalau kita menjadi orang yang sombong dan
takabur. Kebahagian dan kemerdekaan adalah milik orang-orang yang rendah hati.

6. Orang yang Ikhlas 
Ikhlas adalah kunci kemerdekaan hati. Orang-orang yang ria yang hidupnya tamak akan pujian akan
menjadi korban mode dan korban jaman. Tetapi orang-orang yang ikhlas tidak pusing dengan
penilaian manusia. Yang dia pikirkan adalah selalu memikirkan yang terbaik, dan puas dengan
penilaian Allah Yang Maha Dekat serta ganjaran dari Allah yang melimpah dan tidak mengecewakan.

Wahai saudaraku yang baik, marilah kita nikmati menjadi orang yang tidak terpengaruh oleh
kerinduan dipuji orang lain. Pujian orang hanyalah tipu daya bagi kita, cobaan yang membuat kita
sering menipu diri padahal kita tidak layak dipuji. Tapi pujian dari Allah akan menyelamatkan
kita dunia akhirat. Karena Allah yang menggenggam setiap rezeki, kedudukan, kemuliaan, bahkan
nikmat dunia akhirat. Untuk apa kita dipuji makhluk yang pasti binasa. Lebih baik puaskan diri
ingin dipuji Allah, itulah yang membuat kita merdeka dalam hidup ini

7. Orang yang Tawakal
Semakin banyak bergantung kepada sesuatu maka kita akan takut kehilangan sesuatu. Seperti orang
yang bersandar di kursi akan takut kursinya diambil. Tetapi bergantung kepada Allah, itulah yang
akan memuaskan karena Allah menggenggam segala yang kita butuhkan. Allah Maha Tahu masalah kita,
Allah Maha Tahu segala jalan keluar dari kesulitan kita, dan Allah-lah yang kuasa atas
segala-galanya.

“Wamayyattakillah yajj’allahumakhraja Wayarzukhuminhaytsu laayahtasib Wamayyatawakkal ‘allallah
fahuwa hasbuh” Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa
yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya).(QS. Ath Thalaq ; 2-3)

Sahabat-sahabatku yang budiman, untuk apa kita bergantung kepada manusia. Makhluk adalah lemah
tiada daya dan tidak bisa memberi manfaat bagi kita tanpa izin Allah dan juga tidak bisa
memberikan mudharat. Walau bergabung jin dan manusia akan berbuat sesuatu kepada kita tidak akan
bisa menimbulkan mudarat kepada kita tanpa izin Allah

Marilah kita puaskan diri kita, ikhtiar kita, dan ketawakalan kita. Gigihnyanya ikhtiar jangan
mencuri hati dari tawakkal kepada Allah. Yakinnya kepada Allah jangan pernah mengurangi ikhtiar
kita, itulah orang-orang yang akan menikmati kemerdekaan dalam hidup ini. Akhlaknya jadi mulia
dan indah kalau setiap perilakunya bisa menjadi amal shaleh yang menjadi bekal kebahagiaan dunia
dan menjadi bekal perjumpaan dengan Allah Azzawajalla.

Sekali merdeka tetap merdeka. Sekali menjadi hamba Allah selama-lamanya hanyalah untuk mengabdi
kepada Allah. Wallahua’lam

Post a Comment

0 Comments