Kemenangan dan
kesuksesan dalam kehidupan selalu didambakan oleh setiap orang dan kelompok
orang meskipun dengan ukuran dan kriteria yang berbeda-beda. Banyak yang
berpendapat, indikator kemenangan itu adalah banyaknya pengikut. Pendekatan itu
dilakukan semata-mata berorientasi pada jumlah, seolah-olah kemenangan dan
kesuksesan identik dan berbanding lurus dengan kuantitas. Padahal, betapa
banyak kesesatan dan kekeliruan yang diikuti oleh sebagian besar orang.
Tentang hal tersebut, Allah SWT menyatakan dalam QS Al-Maidah ayat 116-117,
''Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang yang ada di muka bumi ini, niscaya
mereka akan menyesatkannmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah
mengikuti persangkaan belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap
Allah). Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang orang-orang
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang
mendapatkan petunjuk.''
Ayat tersebut sekaligus menjelaskan bahwa kemenangan itu hakikatnya adalah
keberpihakan dan kekuatan komitmen kepada segala ketentuan yang bersumber dari
ajaran Allah SWT. Kelompok inilah yang hakikatnya akan mendapatkan anugerah
dari Allah berupa kemenangan dunia maupun akhirat, meskipun dalam jumlah yang
tidak banyak.
Hal tersebut dikemukakan dalam QS Al-Baqarah ayat 249, ''... Betapa banyak
terjadi golongan yang sedikit mengalahkan golongan yang banyak dengan izin
Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.'' Tentu saja akan lebih baik
jika kebenaran itu diikuti pula oleh jumlah yang banyak.
Pemilihan Umum 5 April 2004 sudah berlangsung dan sudah diketahui (walaupun
masih bersifat sementara) partai yang mendapatkan kursi legislatif yang cukup
banyak dan partai yang jumlah pemilihnya sangat sedikit. Hampir setiap orang
berpendapat bahwa partai yang mendapatkan jumlah anggota legislatif yang
banyak, itulah yang menang, sedangkan yang kalah adalah yang jumlahnya sedikit.
Tentu penilaian itu tidaklah seluruhnya salah, tetapi juga tidak seluruhnya
benar, jika mengabaikan cara dan usaha partai tersebut dalam memenangkan
pemilu. Jika cara-cara yang dilakukan sarat dengan money politics, disertai
dengan upaya untuk melakukan pembodohan dan pengelabuan terhadap rakyat banyak,
maka kemenangan yang bersifat sumir itu hakikatnya merupakan suatu kekalahan,
apalagi jika nanti para wakil rakyat tersebut melakukan berbagai macam
pengkhianatan.
Tetapi, jika kursi legislatif didapatkan dengan cara-cara yang bersih, adil,
jujur dan transparan, maka itulah kemenangan hakiki meskipun jumlahnya tidak
terlalu banyak. Dan ini pula yang harus menjadi rujukan orang-orang yang
beriman. Sebab, kita yakin para wakil rakyatnya pun kelak akan menjadi para
wakil rakyat yang amanah dan bertanggung jawab terhadap Allah SWT maupun
terhadap rakyat pemilihnya. Wallahu A'lam bi ash-Shawab.