''Ya Allah! Aku memohon kepada-Mu keteguhan hati
di dalam urusan (agama) ini dan kemauan yang kuat dalam mengikuti kebenaran,''
demikian doa Nabi Muhammad SAW dalam memohon keteguhan, sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Imam Thabrani dalam al-Kabir wal-Ausath.
Dalam riwayat lain, Nabi juga berdoa, ''Allahumma, ya Muqallibal-qulub, tsabbit qalbi 'ala dinik (Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku atas agama-Mu).'' (HR Ahmad). Doa, sebagai salah satu formula untuk meraih dan mempertahankan keteguhan, tidak hanya dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Bahkan, Allah SWT, selain memuji orang yang teguh, juga mengajarkan redaksi doanya sekalian dalam rangkaian ayat-Nya. Misalnya, dalam surat Al-Baqarah ayat 250, ''Wahai Rabb kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.
'' Keteguhan atau ats-tsabat memang mutlak diperlukan dalam kehidupan ini, dalam medan apa pun. Bukan hanya dalam kehidupan beragama, tapi juga dalam percaturan politik, jaringan ekonomi atau bisnis, juga dalam kehidupan sosial pada umumnya. Banyak pemimpin di dunia ini terjungkal dari kursi kekuasaannya karena tidak teguh dalam menjalankan amanah kekuasaannya dan tergiur untuk menggunakan aji mumpung, sehingga menyelewengkan kekuasaannya.
Para pelaku bisnis juga banyak yang kandas di tengah jalan lantaran keteguhannya hilang dan lebih terpikat pada kesenangan sesaat, entah perjudian, kemaksiatan, dan lain-lain. Para mantan aktivis menjadi bahan cibiran publik, karena keteguhannya dalam mengusung idealisme luntur bersamaan dengan target kekuasaan yang telah diraihnya. Demikian pula dengan orang-orang yang berilmu (ulama), banyak di antara mereka yang menanggalkan muru'ah dan jubah keulamaannya karena tergiur pada iming-iming jabatan. Padahal, semua itu merupakan cobaan untuk memperkokoh keteguhannya.
Siapa pun tak bisa lepas dari cobaan, karena dunia ini memang medan ujian, bukan tempat balasan. Firman Allah SWT, ''Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?'' (Al-Baqarah: 214). Ujian adalah sunnatullah, dan kalau seseorang telah selamat dari jebakan, rayuan, perangkap, intimidasi, hantaman, dan beragam ujian yang datang bertubi-tubi itu, maka barulah kemudahan dan pertolongan Allah datang.
Karena, pertolongan dan segenap kemudahan itu disimpan untuk orang-orang yang berhak menerimanya. Hanya orang-orang yang mempunyai keteguhan hingga akhir perjalananlah, yang berhak menerima beragam anugerah itu. Dan, sebuah keberhasilan memang bisa dinikmati secara penuh kalau ia merupakan hasil dari perjuangan yang berat dan melelahkan. Wallahu a'lam bis-shawab.
Dalam riwayat lain, Nabi juga berdoa, ''Allahumma, ya Muqallibal-qulub, tsabbit qalbi 'ala dinik (Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku atas agama-Mu).'' (HR Ahmad). Doa, sebagai salah satu formula untuk meraih dan mempertahankan keteguhan, tidak hanya dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Bahkan, Allah SWT, selain memuji orang yang teguh, juga mengajarkan redaksi doanya sekalian dalam rangkaian ayat-Nya. Misalnya, dalam surat Al-Baqarah ayat 250, ''Wahai Rabb kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.
'' Keteguhan atau ats-tsabat memang mutlak diperlukan dalam kehidupan ini, dalam medan apa pun. Bukan hanya dalam kehidupan beragama, tapi juga dalam percaturan politik, jaringan ekonomi atau bisnis, juga dalam kehidupan sosial pada umumnya. Banyak pemimpin di dunia ini terjungkal dari kursi kekuasaannya karena tidak teguh dalam menjalankan amanah kekuasaannya dan tergiur untuk menggunakan aji mumpung, sehingga menyelewengkan kekuasaannya.
Para pelaku bisnis juga banyak yang kandas di tengah jalan lantaran keteguhannya hilang dan lebih terpikat pada kesenangan sesaat, entah perjudian, kemaksiatan, dan lain-lain. Para mantan aktivis menjadi bahan cibiran publik, karena keteguhannya dalam mengusung idealisme luntur bersamaan dengan target kekuasaan yang telah diraihnya. Demikian pula dengan orang-orang yang berilmu (ulama), banyak di antara mereka yang menanggalkan muru'ah dan jubah keulamaannya karena tergiur pada iming-iming jabatan. Padahal, semua itu merupakan cobaan untuk memperkokoh keteguhannya.
Siapa pun tak bisa lepas dari cobaan, karena dunia ini memang medan ujian, bukan tempat balasan. Firman Allah SWT, ''Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?'' (Al-Baqarah: 214). Ujian adalah sunnatullah, dan kalau seseorang telah selamat dari jebakan, rayuan, perangkap, intimidasi, hantaman, dan beragam ujian yang datang bertubi-tubi itu, maka barulah kemudahan dan pertolongan Allah datang.
Karena, pertolongan dan segenap kemudahan itu disimpan untuk orang-orang yang berhak menerimanya. Hanya orang-orang yang mempunyai keteguhan hingga akhir perjalananlah, yang berhak menerima beragam anugerah itu. Dan, sebuah keberhasilan memang bisa dinikmati secara penuh kalau ia merupakan hasil dari perjuangan yang berat dan melelahkan. Wallahu a'lam bis-shawab.