Esensi ajaran Islam
adalah keselamatan dan membuat orang menjadi selamat. Karena itu, umat Islam
harus menghindarkan diri dari perbuatan yang membuat orang lain terganggu, baik
dari lisan maupun tangannya. ''Seorang Muslim adalah orang yang bisa membawa
selamat bagi orang lain dari perkataan dan perbuatannya,'' Rasulullah SAW
menjelaskan. Islam juga menganjurkan seseorang untuk menghormati dan memuliakan
orang lain, seperti perintah menyebarkan salam, memuliakan tamu, serta
menghormati tetangga.
Pun perintah mencintai sesama Muslim sebagaimana mencintai diri sendiri. Bahkan,
kepada mereka yang beragama lain pun Islam memerintahkan orang beriman agar
menghormati dan menjalin kehidupan yang damai dan rukun. Sikap menghargai orang
lain meliputi aspek kehidupan, seperti bersikap baik kepada saudaranya dan
memiliki sifat-sifat yang baik serta bermurah hati kepadanya. Seperti ungkapan
yang digambarkan oleh Allah, bahwa orang-orang beriman bersikap kasih sayang
kepada sesama mukmin dan bersikap tegas kepada orang-orang kafir (QS 48: 29).
Sikap tegas kepada kaum non-Muslim yang dimaksud adalah tegas dalam prinsip
akidah dan ibadah. Tidak ada kompromi dan pencampuradukan dalam akidah dan
ibadah. Tetapi, tetap menjalin hubungan yang baik selama mereka juga berbuat
baik dan bersedia hidup damai dengan umat Islam. Termasuk dalam sikap hormat
dan menghargai orang lain adalah menggunakan tutur kata yang baik dan sopan
dalam berkomunikasi. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari disebutkan Nabi SAW
tidak pernah menggunakan bahasa yang jorok atau mengucapkan caci-makian dan
hinaan. Jika beliau ingin memperingatkan seseorang, beliau mengatakan, ''Apa
yang terjadi pada dirinya, mungkin keningnya tertutupi debu.'' Menghargai orang
lain juga dapat berupa menghormati pendapat orang lain yang berbeda, bahkan
bertentangan.
Tetapi, tetap mengajak berpikir kritis mencari kebenaran. Namun, apabila
akhirnya tidak bisa dipertemukan, karena masing-masing memiliki argumen dan
acuan berpikir yang kuat, maka harus ditumbuhkan sikap saling menghormati dan
menghargai pandangan orang lain. Bukankah perbedaan pendapat yang diikuti sikap
saling memahami dan menghormati justru akan menjadi rahmat bagi masing-masing?
Karena, dengan perbedaan tersebut akan tumbuh dinamika berpikir. Untuk
menumbuhkan sikap saling menghargai dan menghormati orang lain, harus diawali
dari perbaikan kepribadian seseorang. Dimulai dengan menyadari diri yang penuh
keterbatasan dan kekurangan.
Selanjutnya diikuti dengan menghilangkan sikap yang menganggap benar sendiri,
atau bahwa pendapatnya atau pendapat kelompoknya yang paling benar dan orang
lain salah. Apabila sikap-sikap kepribadian tersebut telah tertanam kuat dalam
jiwa seorang Muslim, maka sikap saling menghargai antara yang satu dan lainnya
akan mudah diwujudkan. Sehingga, esensi ajaran Islam yang bermakna selamat,
keselamatan, dan membuat orang lain selamat menjadi kenyataan. Namun, apabila
pembinaan kepribadian tersebut tidak dapat terwujud, maka perbedaan pendapat
justru akan membuahkan konflik dan perpecahan, bahkan bencana bagi umat.