Dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya segala
perbuatan itu dinilai berdasarkan niatnya dan setiap orang akan memperoleh apa
yang diniatkannya. Barang siapa yang berhijrah menuju Allah dan Rasul-Nya, maka
hijrahnya benar-benar menuju Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa yang
berhijrah karena kehidupan dunia yang ingin diperolehnya atau perempuan yang
ingin dinikahinya, maka hijrahnya akan sampai kepada segala yang menjadi
tujuannya.''
Niat adalah faktor yang menentukan nilai suatu perbuatan. Baik dan buruknya
nilai suatu perbuatan tergantung pada niat pelakunya. Bahkan, perbuatan bisa
tidak bernilai sama sekali jika tidak didahului oleh niat. Menurut para ahli
fikih, niat dapat membedakan mana aktivitas yang merupakan ibadah dan mana yang
hanya merupakan tradisi atau budaya. Niat juga dapat membedakan satu bentuk
ibadah dari ibadah lainnya walaupun keduanya mempunyai bentuk aktivitas yang
sama.
Rasulullah SAW mendudukkan keutamaan niat setingkat dengan keutamaan hijrah.
Beliau bersabda, ''Tidak ada hijrah setelah Fath Makkah, tetapi (yang ada)
adalah jihad dan niat.'' (HR Muslim). Dalam sebuah hadis qudsi, Rasulullah SAW
juga menegaskan, ''Sesungguhnya Allah telah menentukan kebaikan-kebaikan dan
keburukan-keburukan. Maka barang siapa yang berniat melakukan kebaikan tetapi
tidak melaksanakannya, Allah akan menetapkan baginya kebaikan yang sempurna.
Dan jika ia melaksanakannya, Allah akan menetapkan baginya sepuluh kebaikan
sampai dengan tujuh ratus kali lipat. Dan barang siapa yang berniat melakukan
keburukan tetapi tidak melaksanakannya, Allah akan menetapkan baginya kebaikan
yang sempurna. Dan jika ia melaksanakannya, Allah akan menetapkan baginya satu
keburukan.'' (HR Bukhari).
Niat termasuk perbuatan hati. Inti niat terletak pada hati bukan pada ucapan
atau perkataan. Karena itu, hanya Allah SWT dan pelakunya yang mengetahui
hakikat niat. Perbuatan seseorang boleh jadi tidak sesuai dengan niatnya.
Perbuatan baik boleh jadi didorong oleh niat yang jahat. Jika demikian,
Allah-lah yang akan menilai semua perbuatan berdasarkan niatnya. Niat yang
dapat memberikan nilai kebaikan kepada setiap aktivitas adalah niat yang suci.
Niat yang suci adalah niat yang mendahului setiap perkataan atau perbuatan yang
dimaksudkan hanya untuk mendapatkan anugerah dan ridha Allah SWT. Niat yang
suci menunjukkan prestasi kehidupan seorang Muslim. Setiap perbuatan dan
perkataannya selalu berorientasi jangka panjang, tidak hanya jangka pendek.
Aktivitas Muslim yang selalu menyucikan niatnya, hanya ditujukan agar Allah SWT
senantiasa melimpahkan kebaikan kepada dirinya. Orang yang niatnya suci lebih
mengedepankan nilai pengabdian dari setiap aktivitasnya daripada mengharap
balasan orang lain. Orang yang niatnya suci akan mendapatkan kedudukan yang
tinggi di sisi Allah SWT seperti sabda Rasulullah SAW, ''Barangsiapa yang
menghendaki mati syahid dengan niat yang suci, Allah akan tempatkan dia bersama
para syuhada walaupun ia mati di atas tempat tidurnya.'' (HR Muslim).
Setiap Muslim hendaknya selalu menyucikan dan meluruskan niat dalam setiap
aktivitas baik politik, ekonomi, sosial, seni, budaya, pendidikan, dan
lain-lain. Dengan niat yang suci akan hilang egoisme dan senantiasa
berorientasi kepada kepentingan orang banyak, bangsa, dan negara. Wallahu
A'lam.