Sedikitnya
126 rumah di Desa Gerduren, Kecamatan Purwojati, Banyumas, diterjang
angin puting beliung. Dua rumah roboh rata dengan tanah. Sisanya,
sembilan rumah, rusak berat, dan 117 rumah rusak ringan.
“Siang hari sangat panas, tiba-tiba hujan turun disertai angin kencang,” kata Katum, Kepala Dusun II Gerduren, Selasa, 30 Oktober 2012.
Ia menuturkan, dalam kejadian itu tidak ada korban jiwa. Selain merobohkan sejumlah rumah, angin ribut juga menyebabkan banyak pohon tumbang. Gerduren adalah desa yang dijadikan inspirasi oleh novelis Banyumas, Ahmad Tohari. Sejak dulu hingga sekarang, kesenian rakyat lengger masih lestari di desa itu. Novel Ronggeng Dukuh Paruk merupakan karya Tohari berdasarkan pengamatannya tentang lengger di desa itu.
Salam Suparji, warga Gerduren yang rumahnya roboh, mengatakan angin datang sangat cepat. Ia sempat melarikan diri sesaat sebelum rumahnya roboh. “Rumah saya memang terbuat dari anyaman bambu, sehingga mudah roboh,” katanya.
Ia berharap pemerintah segera membantunya membangun kembali rumahnya. Untuk sementara, ia tinggal di rumah tetangganya sambil menunggu perbaikan.
Koordinator Tagana Rescue Banyumas, Heriyana Adi Chandra, mengatakan saat ini warga beserta muspika setempat dan Tagana Banyumas bergotong-royong untuk membersihkan puing. “Desa ini memang sangat rawan angin puting beliung,” katanya.
Ia mengatakan, kerugian akibat bencana itu diperkirakan Rp 74 juta. "Bencana tersebut tidak menimbulkan korban jiwa, dan tidak ada pohon yang tumbang menimpa rumah," katanya.
Teguh Wardoyo dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Cilacap mengimbau warga di daerah Jawa Tengah bagian selatan untuk mewaspadai potensi angin ribut itu pada awal musim hujan. "Angin puting beliung yang sifatnya lokal biasanya terjadi di tengah-tengah hujan lebat," kata dia.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Jawa Tengah memperkirakan puncak curah hujan terjadi pada Desember hingga Februari mendatang. Menghadapi musim hujan tersebut, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah, Sarwa Permana, khawatir akan adanya lahar dingin di sekitar Gunung Merapi.
"Ancaman bencana musim hujan paling tinggi di Jawa Tengah adalah lahar dingin Gunung Merapi di Magelang," kata Sarwa di Gedung DPRD Jawa Tengah, kemarin.
BPBD sudah mengambil berbagai langkah antisipasi untuk menghadapi ancaman lahar dingin tersebut. Misalnya menyiagakan tujuh rumah sakit rujukan serta 47 lokasi kumpul yang juga bisa dijadikan posko kesehatan. BPBD juga menyatakan sudah menyiapkan kebutuhan logistik untuk penanganan bencana lahar dingin di Badan Koordinasi Wilayah Magelang.
Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo juga meminta semua pihak untuk bersiap mengantisipasi bencana lahar dingin Merapi. “Para ahli vulkanologi menyatakan masih ada jutaan meter kubik lahar dingin yang bisa setiap saat turun ke sungai-sungai di lereng Merapi,” kata Bibit (Gubernur Jateng).
ARIS ANDRIANTO | ROFIUDDIN
“Siang hari sangat panas, tiba-tiba hujan turun disertai angin kencang,” kata Katum, Kepala Dusun II Gerduren, Selasa, 30 Oktober 2012.
Ia menuturkan, dalam kejadian itu tidak ada korban jiwa. Selain merobohkan sejumlah rumah, angin ribut juga menyebabkan banyak pohon tumbang. Gerduren adalah desa yang dijadikan inspirasi oleh novelis Banyumas, Ahmad Tohari. Sejak dulu hingga sekarang, kesenian rakyat lengger masih lestari di desa itu. Novel Ronggeng Dukuh Paruk merupakan karya Tohari berdasarkan pengamatannya tentang lengger di desa itu.
Salam Suparji, warga Gerduren yang rumahnya roboh, mengatakan angin datang sangat cepat. Ia sempat melarikan diri sesaat sebelum rumahnya roboh. “Rumah saya memang terbuat dari anyaman bambu, sehingga mudah roboh,” katanya.
Ia berharap pemerintah segera membantunya membangun kembali rumahnya. Untuk sementara, ia tinggal di rumah tetangganya sambil menunggu perbaikan.
Koordinator Tagana Rescue Banyumas, Heriyana Adi Chandra, mengatakan saat ini warga beserta muspika setempat dan Tagana Banyumas bergotong-royong untuk membersihkan puing. “Desa ini memang sangat rawan angin puting beliung,” katanya.
Ia mengatakan, kerugian akibat bencana itu diperkirakan Rp 74 juta. "Bencana tersebut tidak menimbulkan korban jiwa, dan tidak ada pohon yang tumbang menimpa rumah," katanya.
Teguh Wardoyo dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Cilacap mengimbau warga di daerah Jawa Tengah bagian selatan untuk mewaspadai potensi angin ribut itu pada awal musim hujan. "Angin puting beliung yang sifatnya lokal biasanya terjadi di tengah-tengah hujan lebat," kata dia.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Jawa Tengah memperkirakan puncak curah hujan terjadi pada Desember hingga Februari mendatang. Menghadapi musim hujan tersebut, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah, Sarwa Permana, khawatir akan adanya lahar dingin di sekitar Gunung Merapi.
"Ancaman bencana musim hujan paling tinggi di Jawa Tengah adalah lahar dingin Gunung Merapi di Magelang," kata Sarwa di Gedung DPRD Jawa Tengah, kemarin.
BPBD sudah mengambil berbagai langkah antisipasi untuk menghadapi ancaman lahar dingin tersebut. Misalnya menyiagakan tujuh rumah sakit rujukan serta 47 lokasi kumpul yang juga bisa dijadikan posko kesehatan. BPBD juga menyatakan sudah menyiapkan kebutuhan logistik untuk penanganan bencana lahar dingin di Badan Koordinasi Wilayah Magelang.
Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo juga meminta semua pihak untuk bersiap mengantisipasi bencana lahar dingin Merapi. “Para ahli vulkanologi menyatakan masih ada jutaan meter kubik lahar dingin yang bisa setiap saat turun ke sungai-sungai di lereng Merapi,” kata Bibit (Gubernur Jateng).
ARIS ANDRIANTO | ROFIUDDIN
dicopy Windowsbie7 dari WEB TEMPO