Advertisement

Responsive Advertisement

Coretanku Tulisanku Ungkapku

Coretanku Tulisanku Ungkapku

SB6 Untukmu atau Untukku (Jangan Menangis)

:: Sedikit Bercerita
saya hanya seorang yang tiada memiliki kekayaan, saya pun terlahir dari keluarga yang hidup dengan keseharian pas-pasan, saya adalah putra kesepuluh dari sang Ayahanda Ahmad Zaenudin bin Ridwan dan Ibunda Laelatul Badriyah. saya memiliki 7 saudara dan 2 saudari kandung, dari kecil saya menjalani kehidupan yang serba cukup tak ada kemewahan, tak ada baluran keningratan bahkan makan sehari-hari pun seadanya itupun saat pepohonan sekitar rumah berbuahkan hasil.

semasa kecil saya tergolong sebagai orang yang bisa dikatakan sebagai orang malas lagi bodoh dalam pendirian, saya seringkali mendapatkan kekerasan dalam pendidikan ilmu agama maupun ilmu sehari-hari. ketika saya mulai bertambah usia _+4tahun, seringkali sang Ayahanda mengajak, menghibur, mengajar dan menggendong saya ketempat para sahabat beliau saat di pesantren juga di madrasah area kroya, banyumas, sampang, maos, mertelu dan lingkup kalisabuk dengan kayuh sepeda james (sapeda antik / sepeda unta). tak hanya itu saja beliau berikan ajaran kepada saya, beliau adalah seorang ayah yang bagi saya sangat istimewa, pula beliau sangat menyayangi saya pada usia _+5tahun, hingga saya mulai merasakan bangku ibtida di TPA yang kebetulan lokasinya depan rumah bersebelahan dengan mushola.

hampir semua anaknya terbimbing dengan pendidikan yang ketat, keras, baik dan sejahtera penuh kefahaman. sebelum saya duduk dibangku Madrasah Ibtidaiyyah, beliau seringkali menciptakan buah tangan berbentuk traktor mainan yang terbuat dari bambu dan kayu glondongan, uang mainan yang trbuat dari sobekan daun pisang berbentuk besar kecil dan banyak macam, saya sangat bersyukur bahwa apa yang beliau ajarkan semasa kecil sangat meluber segi didikan yang lebih mempunyai kemanfaatan dimasa datang.

tubuh kekar beliau sangat dihormati bukan karena memiki ilmu kadigdayan (jadog) pula bukan karena kepandaiannya, namun ia dikenal sebagai orang yang sanggup membanting tulang demi banyaknya keturunan, penuh kesetiaan bahkan penuh jabat silaturrahmi pada siapa saja ketika sebelum dan sesudah pulang (kondur) dari menunaikan haji.

saya mulai merasakan bangku Madrasah Ibtidaiyyah kelas 1 dan beliaulah yang mengantar saya dengan kayuhan tumit sepeda butut, sudah tua namun jiwa kesetiaan pada anaknya sungguh erat sampai saya merasakan bangku Madrasah Ibtidaiyyah kelas 2 beliau masih berikan rasa kesetiaan pada sang anaknya (saya).

singkat cerita, saya di masukkan ke Madrasah Tsanawiyyah karena ajaran yang keras dari beliau mengenai ilmu Al-Qur'an, Al-Hadist, Fiqih dan Akidah. beliau tidaklah menginginkan saya jatuh pula sia-sia dari ilmu Agama yang telah mengisi keseharian ajaran, hingga saya pun lulus dari sekolah tersebut.

saya melanjutkan ke SMT Pertanian, sebelum dah sesudah masuk ke sekolah tersebut tiap kali keluar kamar, saya pun mendapatkan Perintah (dawuhan):

"koe bali maring ngumah ya kepriwelah, seanane panganan karo sandingan, duwite sangu aja kelalen, aku ora nyangoni koe go lunga-lunga, tapi go mangan tok. krono koe siki doyan udud, kenganah golet duwit dewek tapi sing bener-bener Halal, Bagus tur Amal soleh, nek gelem ya nganah mbantu-mbantu nang pondok toriqoh sokaraja. pokoke intine aku ora mbiayani go udud karo lunga-lunga karepe dewek." [bahasa jawa]

"kamu pulang kerumah ya bagaimanalah, seadanya makanan plus cemilan, uang sakunya jangan lupa, bapak tidak berikan uang saku untuk pergi-pergi, tapi untuk makan saja. karena kamu sekarang doyan rokok, ya sanalah cari uang sendiri tapi harus yang Halal, Baik dan merupakan Amal Soleh, kalau kamu mau ya sana membantu dan melayani di Pondok Toriqoh Sokaraja. secara garis besar bapak tidak kasih biaya untuk beli rokok juga untuk sarana bepergian tanpa tujuan yang penting untuk dirimu sendiri." [terjemahan dari bahasa diatas]

saya betul-betul harus memahami apasaja perintah sang abah, karena disamping saya berbohong ataupun saya berdusta pada beliau juga akan melahirkan kwalat (dustakarone sesepuh) pun dikenal dengan peribahasa "siapa yang menanam, pasti dia memetik hasilnya" bisa juga di artikan keturunan yang ada nantinya yang berani berdusta kepada orangtua (saya sendiri yang menjadi orangtua). persingkat waktu dan saya pun lulus karena dukungan do'a dari beliau.

:: Sedikit Berbagi
pada hakikatnya seorang abah/ayah dan ummi/ibu dari masa kecil sampai dewasa kini, adakah yang bisa kita tarik usus dari sebuah alur hati. disaat orangtua sanggup merawat, membantu dan memberi sesuatu pada kita dari kecil hingga dewasa kini, meskipun balasan yang kita berikan dan rawatkan belum cukup... namun yakinlah bahwa kita hidup untuk saling bergotong royong...

pernahkah anda membaca secuil dialog kisah dibawah ini:

> nak, dahulu aku kekar dan bertenaga... hanya untuk ulurmu...
> nak, kini aku lemah tak berdaya... maukah kau ulurkan untukku...
> nak, dahulu aku sering merawatmu, membimbingmu, memandikanmu...
> nak, kini aku lemah tak berdaya... maukah kau ulurkan tanganmu untukku...
> nak, dahulu aku sering suapkan nasi padamu... hanya untuk mengisi perut kosongmu...
> nak, kini aku lemah tak berdaya... maukah kau ulurkan tanganmu  untukku...
> nak, dahulu aku sering mengajarmu bisa berbicara...
> nak, kini aku lemah tak berdaya... maukah kau ajariku berdo'a...
> nak, dahulu aku mengadzani kedua telingamu ketika kau lahir didunia ini...
> nak, kini aku lemah tak berdaya... maukah kau beri adzan untukku...

=> mungkin ini belum cukup untuk kita membuktikan kebaktian kita terhadap orangtua <=

untuk saya mereka adalah sebagian tanggung jawab saya, dan hanya ini yang bisa saya ungkapkan untuk anda... saya sendiri masih ingin tetap memperhatikan mereka daripada wujud kasih sayang yang anda miliki...

:: Sedikit Berkata
saya benar-benar sering melihat, mencoba dan memperhatikan anda dan mereka berkecimpung tanda tanya, mungkin saya sang pendengki dan pembawa kabar buruk mengenai isi, coretan, jari jemari dan celotehan. saya pun sebenarnya sudah faham apa yang anda dan mereka harapkan, saya bukan orang pintar lagi berpengalaman serta saya belum memiliki jutaan bait.

:: Sedikit Bertanya
apabila anda dan mereka memiki perasaan yang baik, cocok, saling dan sama, ungkapkan secara baik-baik. agar saya merasa tenang dan tak selalu saya sadar bahwa manusia takkan luput dari kesalahan, kekeliruan bahkan dosa. namun dengan ini saya hanya ingin bertanya, jika memang anda dan mereka saling mempunyai harapan cinta, izinkanlah anda dan mereka berungkap secara baik kepada diri saya untuk menghindari kericuhan.

:: Sedikit Berucap
hiasilah selalu dengan wujud dan rasa saling melengkapi, saling mengisi, saling memperhatikan, saling terbuka, saling bersapa dan saling berkarya. semoga anda dan mereka bahagia.

:: Sedikit Berpadu
Memberikan seluruh cinta, perhatian dan kasih sayang kepada seseorang belum tentu mendapatkan balasan serupa.Namun memberikan seluruh cinta kepada Allah tak kan pernah sia- sia.Sesungguhnya cinta-Nya dan kasih-Nya kepada makhluk tiada batas. Jika kita memberikan cinta yang tulus kepada Allah maka cinta-Nya akan kita dapat dan Dia akan menggerakkan hati makhluk-Nya yang terpilih untuk mencintai kita, Insya Allah.

Salam,

Sabtu, 21 Januari 2012

Ahmad Fauzan Ibnu Zaend
Windowsbie7 - Jendela Hati Kita

Post a Comment

0 Comments