Advertisement

Responsive Advertisement

8 Dirham Milik Rasulullah

Pagi itu Rasulullah berniat pergi ke pasar untuk membeli sepotong baju. Baju Beliau yang selama ini dipakai sudah sangat tipis karena terlalu sering dicuci. Tak lupa Rasulullah membawa uang sebanyak delapan dirham. Langkah-langkah Rasulullah selalu cepat dan lurus. Tidak belok sana sini. Di satu jalan sebelum pasar terlihat ada seorang wanita yang sedang menangis. Rasul pun mendekatinya.

"Apakah gerangan yang membuatmu menangis?" tanya Rasul.

"Wahai Rasul. Saya hendak ke pasar, tetapi uang saya hilang di tengah jalan. Padahal uang itu pemberian suami saya. Dia pasti akan marah sekali sama saya," jawab wanita itu.

Hati Rasulullah tersentuh oleh penderitaan wanita itu. Rasul lalu mengambil dua keping dirham dan diberikannya kepada wanita itu. Rasulullah melanjutkan perjalanannya. Di pasar beliau membeli sepotong baju seharga 2 dirham. Untuk ukuran Rasul, baju tersebut sangat sederhana. Hanya memenuhi syarat menutupi aurat. Rasul pun pulang.

Di tengah jalan ada seorang laki-laki tua yang tidak mengenakan apa-apa. Ketika Rasul bertanya, pria tua itu mengatakan tidak punya uang untuk membeli baju. "Siapa saja yang memberiku pakaian, semoga Allah memberinya pakaian dari sutra hijau di surge nanti."

Rasul lalu memberikan baju yang baru dibelinya tadi kepada kepada pak tua itu. Rasul kembali ke pasar untuk membeli sepotong baju lagi seharga 2 dirham. Dalam perjalanan pulang rasul mendapati seorang budak menangis.

"Apa yang membuatmu menangis?" Tanya Rasul.

"Ya Rasul, saya ini budak. Saya disuruh majikan saya ke pasar untuk menjual sesuatu dengan harga 2 dirham. Ketika ke luar dari pasar, saya baru sadar bahwa uang itu telah hilang. Gara-gara itu saya telambat pulang. Saya takut majikan saya memarahi saya berkali-kali karena sudah melakukan dua kesalahan, menghilangkan uangnya dan telambat pulang," jawab wanita budak itu.

Rasul mengambil 2 dirham dan memberikannya kepada wanita itu. Sekarang uang delapan dirham milik Rasul sudah habis.

"Sekarang aku akan mengantarmu pulang dan menjelaskannya kepada majikanmu," ujar Rasul.

Setiba di rumah majikan wanita itu, rasul mengucapkan salam. Namun tidak dijawab. Rasul mengulanginya lagi hingga tiga kali baru mendapatkan jawaban. Tuan rumah keluar menemui Rasul.

"Kenapa kamu tidak menjawab salamku? Apakah kamu tidak mendengarnya?" Rasul bertanya.

"Saya mendengarnya ya Rasul, tetapi saya ingin lebih banyak mendengarkan salamu. Jadi saya biarkan hingga tiga kali."

"Pembantumu ini terlambat pulang dan tidak berani pulang sendirian. Sekiranya dia harus menerima hukuman, akulah yang akan menerimanya," terang Rasul. Ucapan ini sangat mengejutkan mereka. Kasih saying Nabi begitu murni, budi pekerti utama, yang tampak indah di hadapan mereka. Beliau mau berjalan panjang dan jauh hanya untuk mengantarkan seorang budak yang takut dimarahi majikannya. Lagipula hanya terlambat pulang. Bahkan memeohon maaf baginya pula.

"Kami memaafkan dan bahkan membebaskannya. Kedatangannya kemari bersama engkau ya Rasul adalah berkah bagi kami semua," kata tuan rumah itu. Si budak itu sangat gembira dan bersyukur atas karunia Allah SWT dan kebebasannya karena dari Rasulullah Saw.

Rasulullah Saw pulang dengan hati gembira. Dengan delapan dirham telah menghilangkan ketakutan seorang istri, memberi pakaian seorang tua, dan membebaskan seorang budak. "Sungguh aku tidak pernah melihat perkara yang lebih berkah daripada uang delapan dirham ini, " kata Rasul.  

Sumber: Buku Mutiara-Mutiara Hati, Penulis Hadi S. Khuly, Penerbit Gava Media