Wednesday, June 9, 2010

“ ALLOH CINTA ORANG BERILMU “

“ ALLOH CINTA ORANG BERILMU “

Sejenak bangsa Indonesia telah memperingati “ HARDIKNAS” Hari Pendidikan Nasional…yang jatuh setiap tanggal 2 Mei setiap tahunnya. Mungkin sudah berpuluh-puluh tahun bangsa Indonesia memperingati hari tersebut, namun belumlah semua masyarakat Indonesia merasakan pendidikan yang layak. Dan kontrasnya tidaklah semua orang –orang yang beruntung memanfaatkan sebaik-baiknya untuk membentuk diri menjadi seorang manusia yang terdidik.

Hari Pendidikan Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 mei bukanlah hanya untuk mengenang bapak Kihajar Dewantoro, akan tetapi merupakan momentum yang tepat untuk mengingat dan merefleksikan pendidikan Indonesia selama ini. Output pendidikan adalah bukan saja nilai formatif saja namun yang terpenting adalah memanusiakan manusia. Nilai tinggi yang dicapai seorang anak tidaklah menjamin keberhasilan seseorang. Mudah-mudahan di hari pendidikan nasional 2008 ini sebagai titik tolak untuk membangkitkan pendidikan Indonesia. Adapun tujuan pendidikan itu sendiri adalah dalam rangka membentuk manusia paripurna yang memiliki keseimbangan dalam kecerdasan mental, spiritual, dan intelegensinya. Selama nilai-nilai dasar yang membentuk kecerdasan integratif tersebut dapat diwujudkan maka pengembangan minat dan bakat manusia diserahkan pada pilihan pribadinya masing-masing. Semoga tidak pada hari ini saja kita mengingat bahwa pendidikan itu penting.

Bagaimana dengan kita sebagai seorang muslim dan pandangan Islam akan pentingnya sebuah pendidikan agar terbentuk manusia-manusia yang terdidik, manusia yang berilmu ? Adalah merupakan suatu kabar gembira bagi orang berilmu dimana Alloh menjanjikan banyak hal, diantaranya yang termuat dalam Q.S. Al Mujadilah ayat 11 :
                                
“…… niscaya Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Alloh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”Ilmu yang bermanfaat juga termasuk dalam satu amalan yang tidak terputus ketika seseorang telah mencapai ajalnya dimana semua bentuk amalan – amalan yang lain sudah terputus…..Subhanalloh…

Sebagaimana yang tertera dalam sebuah hadist "Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara; shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakan (orang tuanya)." (HR.Bukhari & Muslim).

Selanjutnya, karena kemuliaan ilmu, Allah membolehkan kita untuk memakan hasil buruan anjing yang terlatih (untuk berburu) dan mengharamkan memakan buruan anjing yang tidak terlatih. Dalil ini menunjukkan bahwa binatang menjadi mulia karena ilmu, dan diberi kedudukan yang berbeda dengan yang tidak berilmu. Allah Berfirman dalam Q.S. Al Maidah : 4,

Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang dihalalkan bagi mereka?" Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya). dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya.
Bayangkan, seandainya tidak karena keutamaan ilmu, niscaya hasil buruan anjing yang terlatih dan tidak terlatih akan sama. Bagaimana dengan anak Adam?


Barangsiapa ingin selamat di dunia adalah dengan ilmu yang ingin selamat di akherat juga dengan ilmu dan yang ingin selamat kedua-duanya juga dengan ilmu. Dalam suatu riwayat yang lain dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda,:
"Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju Surga." (HR. Muslim). Alloh memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk berdoa dan meminta kepada-Nya agar ditambahkan kepadanya ilmu yang bermanfaat.
Dan Katakanlah:……. "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." (Thaha: 114).

"Keutamaan orang berilmu dibanding ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan purnama dibanding semua bintang. Sesungguhnya ulama itu pewaris Nabi. Seorang Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, akan tetapi ia mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak." (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan disahihkan Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami', No 4212).
Adapun menuntut ilmu itu sendiri adalah merupakan kewajiban bagi setiap muslim, sebagaimana yang termuat dalam sebuah hadist : “"Menuntut ilmu adalah wajib bagi seorang muslim." (HR. Muslim)

Alloh memerintahkan manusia untuk kembali kepada orang-orang yang berilmu bertanya kepada mereka tentang permasalahan agama dan menjadikan perbuatan itu sebagai kewajiban, sebagimana firman-Nya : "Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui." (An-Nahl:43). Itulah yang dimaksud dengan ilmu syar’i yakni suatu ilmu yang wajib dimiliki oleh setiap muslim, dimana keutamaan, kemuliaan dan kedudukan ilmu itu tinggi di sisi Allah. Allah tidak pernah memerintahkan untuk berdoa meminta tambahan terhadap sesuatu kecuali ilmu syar'i.
Adapun kriteria ilmu syar’i itu sendiri, sebagaimana yang telah disampaikan dalam blognya saudara kita (http://abumuslimsalafi.multiply.com/journal/item/354) meliputi :
1. Ilmu syar'i yang benar adalah ilmu yang diambil dari Al-Quran dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman Sholafush sholeh (generasi sahabat dan tabi'in serta tabi' tabi'in)
2. Ilmu syar'i adalah ilmu yang mengantarkan pemiliknya untuk taat kepada Allah, merasa diawasi oleh-Nya, takut kepada-Nya, dalam keadaan sendiri ataupun bersama orang lain. Abdullah bin Mas'ud berkata, "Bukanlah ilmu dengan banyaknya riwayat, tetapi ilmu adalah rasa takut (kepada Allah). (lihat al-Fawaid, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah)
3. Ilmu syar'i yang harus kita raih adalah ilmu yang mendorong pelakunya untuk beramal dan mempraktekkan ilmunya, bukan sebatas pengetahuan atau penambah wawasan, atau sekedar meraih jabatan dan ijazah.
Jangan lupa bahwasanya ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah.
Buah ilmu yang sebenarnya adalah mengamalkan ilmu itu sendiri.

Meng’ilmui’ sesuatu sebelum beramal/melakukannya sangat-sangatlah penting. Marilah kita coba bayangkan, seorang yang hendak memasak,namun belum tahu bagaimana memasak yang enak, bumbunya pastilah akan tak tentu hasilnya. Namun berbeda sekali dengan yang sudah mahir. Begitu pula orang yang belum pernah naik motor, namun mencoba naik motor, bukannya sampai pada tempat yang dituju namun rumah sakitlah tempat sampainya.
Demikianlah, sehingga Imam Ahmad –rahimahullah- pernah mengungkapkan:
“Manusia amat membutuhkan ilmu daripada kebutuhan mereka kepada makanan dan minuman, karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan dalam sehari satu atau dua kali, sedang ilmu dibutuhkan setiap saat.”
(maklum... tulisan arab-nya belum saya tulis...@doktercilikFauzan)
…………Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. ( Q.S. Az Zumar : 9)
Sejenak kita telah melihat bersama, betapa sangat utamanya kedudukan orang berilmu di sisi Alloh. Namun, ilmu seperti apakah yang dimaksud itu? Apakah seluruh ilmu? Yang dimaksud ilmu di situ adalah ilmu yang bermanfaat, yang akan mewariskan kebaikan dan barakah kepada penuntutnya baik di dunia ataupun di akhirat. Karenanya ilmu yang patut dituntut dan diusahakan untuk meraih adalah ilmu syar’i yang dengannya amal akan menjadi baik dan benar. Dalam sebuah hadist : “Barangsiapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan maka Allah akan pahamkan dia adalam (masalah) dien (agama).” (HR.Bukhari)

Semoga kita semakin bersemangat dalam mencari ilmu ya saudaraku, betapa tidak, “Barangsiapa keluar dalam rangka thalabul ilmu (mencari ilmu), maka dia berada dalam sabiilillah hingga kembali.” (HR. Tirmidzi, hasan). Dan sesungguhnya malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi penuntut ilmu tanda ridha dengan yang dia perbuat. (Dari hadits yang panjang riwayat Muslim).

Jika kita mencoba melihat betapa banyaknya ilmu Alloh, niscaya semakin membuat kita senantiasa kehausan dalam mencari ilmu. Ilmu Alloh sangatlah luas….seperti yang termaktub dalam Q.S. Al Kahfi ayat 109
109. Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".


Melihat ayat di atas, mungkin kita pernah dengar sebuah hadist, yang artinya : ‘Carilah ilmu dari buaian hingga liang lahat……..so forever dong…….sepanjang zaman.
Betapa pentingnya menuntut ilmu, hingga ayat yang pertama kali turun pun adalah Q.S Al ‘Alaq : 1-5 ……Iqra….Bacalah……….MasyaAlloh….yuk kita berlomba-lomba dalam menuntut ilmu.

Setelah melihat betapa Alloh sangat mencintai orang berilmu..tentunya kita pun pengin dicintai Alloh kan, memiliki kedudukan di sisi Alloh……pasti deh. Mmm ternyata untuk menjadi muslim atau muslimah pembelajar itu ada banyak cirri-cirinya lho. Nah sekarang coba kita lihat bersama yuk, bagaimana sih ciri muslim pembelajar itu? Izzatul Jannah dalam bukunya “ Berpetualang ke Zona Pembelajar” mencoba merumuskan 6 ciri muslim pembelajar, yakni :
1. Kecerdasan ( Dzaka’)
Jika kita berbicara masalah kecerdasan, pada dasarnya setiap orang adalah cerdas. Kata Mas Richard Levington bahwa kapasitas otak manusia adalah sekitar 100 miliar sel saraf. Nah sel saraf itulah yang memungkinkan kita untuk melakukan pemrosesan informasi atau berpikir itu sendiri. Namun saying sungguh saying karena kebanyakan manusia hanya menggunakannya 4-10% saja. Padahal jika seluruh jaringan telepon di dunia dikumpulkan, maka kemampuannya hanya setara dengan sebutur kacang tanah volume otak kita. Subhanalloh………artinya jika kita mengoptimalkan otak kita kemampuannya akan jauuuh lebih hebat…betul ga sobat sekalian…

2. Keseriusan (Hirsun)
Ada orang yang kelihatannya santai banget, tetapi sesungguhnya ia super serius, di lain sisi ada juga yang kelihatannya sangar, tetapi ternyata ia tidak bisa berkonsentrasi dengan baik, diajak mikir dikit aja udah malas….ooww.So sobat sekalian, untuk tampil serius apakah harus tampil dengan wajah yang serem??? ga pernah ketawa, jalan seperti robot? Gak lah yaw…
Nah saudaraku sekalian, ternyata serius itu berarti terfokus dengan baik yakni dapat memberikan perhatian khusus terhadap hal-hal yang sedan dipelajarinya.
Kondisi tenang dan siap untuk serius menurut Al Quran diperoleh saat bangun dari tidur dan saat malam hari. Subhanalloh…untuk mengapa Alloh sangat-sangat menganjurkan kita untuk bangun di tengah malam untuk melakukan sholat ya wahai saudaraku…….
Firman Alloh dalam surat Al Muzammil:1-6 :
1. Hai orang yang berselimut (Muhammad),
2. Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari[1525], kecuali sedikit (daripadanya),
3. (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit.
4. Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.
5. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu Perkataan yang berat.
6. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.

[1525] Sembahyang malam ini mula-mula wajib, sebelum turun ayat ke 20 dalam surat ini. setelah turunnya ayat ke 20 ini hukumnya menjadi sunat.

3. Kesungguhan dan ketekunan (Ijtihad)
Bersungguh-sungguh, namun penuh dengan rasa cinta.Kecintaan akan melahirkan tanggung jawab dan tanggung jawab akan melahirkan kesungguhan. So kesungguhan harus berasal dari diri kita sendiri. Pepatah mengatakan : “alah bisa karena biasa”.
Tak ada sesuatupun di dunia yang dapat menggantikan ketekunan.
Bakatpun tidak; tak ada yang lebih biasa dari kenyataan bahwa banyak orang yang tidak berhasil walau ia punya bakat besar.
Jenius juga tidak;seorang jenius yang tidak dihargai lebih mirip sebuah pepatah.
Pengajaran juga tidak; dunia sudah penuh dengan orang-orang berpendidikan yang lalai akan tugasnya.
Kesungguhan (ketekunan) adalah penentu dari semuanya.
Mmm tentunya tanpa mengesampingkan ridho Alloh. Memang benar adanya bahwa kau adalah bagian dari kebiasaanmu. Sedikit demi sedikit akhirnya menjadi bukit. Ada juga kata-kata lain, bahwa kepandaian dapat diperoleh karena pengulangan dari kebiasaan.
So…mulai sekarang jangan pernah putus asa. Segala sesuatu haruslah dikerjakan dengan kesungguhan dan ketekunan sehingga kita akan mendapatkan hasil yang maksimal.

4. Materi (bulghoh)
Materi ini berarti adalah fasilitas yang kita miliki untuk mendapatkan ilmu itu. Kini fasilitas untuk mendapatkan ilmu sangatlah terbuka lebar, mulai dari media komunikasi, transportasi dan informasi, internet semuanya akan dengan mudah didapat sehingga tak bisa dipungkiri jalan atau akses untuk mendapatkan ilmupun akan dengan cepat kita dapatkan. Hmmm ga ada alasan lagi lagi sekarang deh klo kesulitan mendapatkan ilmu. Akan sangat jauh sekali keadaannya jika dibandingkan dengan zaman dahulu dimana alat transportasi yang sulit, media informasi dan komunikasipun sangat sulit dijumpai.

5. Kedekatan dengan guru (Syuhbatun Ustad)
Sejenak kita mencoba merenungkan akan perkataan Imam Syafi’I yakni bahwa Seorang mukmin adalah seseorang yang tidak pernah kenyang dari mendengarkan kebaikan sampai dengan berakhir di syurga.
Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh HR.At Tabrani : “ Tuntutlah ilmu dan belajarlah dengan ketekunan dan kehormatan diri, serta bersikap rendah hatilah kepada orang yang mengajarkanmu.”
‘GURU’ memang sosok pahlawan tanpa tanda jasa. Dari jasa seorang gurulah kita bisa mendapatkan banyak hal tentang suatu bab ilmu. Bahkan jikalau kita sadari benar-benar, melalui jasa seorang guru juga kebenaran islam kita dapatkan….Masya Alloh sungguh besar jasa seorang guru, sehingga pantaslah agar kita wajib menghormati guru-,guru kita.

6. Waktu yang panjang (Tuluz Zamaan)
Seorang pembelajar semestinya meyakini bahwa sepanjang waktu hidupnya adalah laboratorium belajar raksasa . Ketika ia bertemu dengan kegagalan , ia semestinya yakin bahwa Alloh mengirimkannya agar kesuksesan yang nanti diraihnya akan terasa lebih manis. Ketika kehilangan menjumpainya maka iapun yakin bahwa Alloh akan menggantinya dengan yang lebih baik, jika tidak di dunia maka ia akan memperolehnya di akherat.
“Seorang mukmin itu mengherankan; semua urusannya baik. Jika mendapat ahmat ia bersyukur maka itu baik baginya, jika ditimpa musibah maka ia bersabar maka itu baik pula baginya. Dan itu tidak akan terjadi, kecuali dia adalah seorang mukmin.” (Hadist Nabi)

Nah…….konsep berubah secara konstan tersebut memerlukan wakt yang tidak sedikit. Al waqtu juz’un minal ilaj….waktu adalah bagian dari perbaikan.
Maka, seorang pembelajar adalah seorang yang yakin bahwa seluruh hidup dan waktunya adalah untuk belajar. Ketika ia sedang bekerja, maka sesungguhnya ia sedang belajar. Ketika ia menerima hal-hal yang tidak menyenangkan, maka ia sedang belajar. Ketika ia ditimpa musibah, diberi kebahagiaan, dan seterusnya pada hakekatnya ia sedang belajar.

Berikut sedikit salah satu kisah yakni kisahnya Imam Syafi’i tentang semangatnya dalam menuntut ilmu…….semoga menjadikan teladan bagi kita semua.

Beliau mengatakan tentang menuntut ilmu, "Menuntut ilmu lebih afdhal dari shalat sunnah". Dan yang beliau dahulukan dalam belajar setelah hafal Al Qur’an adalah membaca Hadits, beliau mengatakan, "Membaca hadits lebih baik dari pada shalat sunnah".
Karena itu, setelah hafal Al Qur’an beliau belajar kitab hadits karya imam Malik bin Anas kepada pengarangnya langsung pada usia yang masih belia. Meski dalam keadaan miskin dan papa, beliau sangatlah suka mencari ilmu..walau terkadang sangat kesulitan untuk sekadar membeli perlengkapan belajar.

Beliau sering mencari tulang-tulang dan mengumpulkannya dari jalan-jalan guna guna ditulisi di atasnya ilmu pelajaran yang diperolehnya dari belajar. Seringkali beliau datang ke kantor-kantor pemerintahan, mencari kertas-kertas untuk menulis catatan pelajaran yang diperolehnya. Ketika kemudian hari catatannya terlalu banyak dan memenuhi bilik rumahnya maka beliaupun menghafalkannya.
Pada usia 9 tahun beliau telah hafal Al Quran 30 juz. Kemudian pada usia 10 tahun sudah haal kitab Al Muwattho Imam Maliki. Kemudian beliau sudah diperbolehkan memberikan fatwa pada usia yang masih sangat belia yakni 15 tahun. Pada saat itu beliau sudah menduduki jabatan sebagai guru besar dan mufti di Masjidil Haram……..Subhanalloh.

Saudaraku…ustadz Anis Matta juga pernah berpesan pada kita semua agar kita memiliki tradisi pembelajaran, karenanya setiap dalam hidup kita semestinya dimaknai sebagai suatu usaha untuk belajar. Salah satu definisi belajar adalah membiarkan daerah nyaman kita terganggu. Artinya setiap aktivitas belajar sebenarnya bertentangan dengan keinginan atau hawa nafsu kita untuk bersantai-santai, bersenang-senang. Oleh karena itu marilah kita segera memperbaiki diri. masih banyak ilmu yang belum kita pelajari , masih banyak bidang ilmu yang belum kita ambil spesialisasinya. Segera mumpung masih banyak waktu, selagi masih ada usia dankesempatan.
Ingat 5 perkara sebelum 5 perkara : sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, kaya sebelum miskin, lapang sebelum sempit dan hidup sebelum mati. OK saudaraku…..marilah bersama, jangan kita sia-siakan kesempatan dan waktu kita untuk hal-hal yang tak berguna. Semua orang diberi waktu yang sama oleh Alloh 24 jam dalam sehari, namun itu semua kembali pada kita bagaimana mengelolanya.
FASTABIQUL KHOIROT…………

Disarikan dari berbagai sumber………

No comments:

Post a Comment