Sunday, May 13, 2012

Potensi Qolbu

Ada beberapa potensi qalbu yang terus-menerus saling berebut kekuasaan, yaitu fu’ad, shadr, dan hawaa. Setiap potensi mempunyai fungsinya masing- masing mengatur sirkulasi antara diri manusia sebagai pribadi dengan ling­kungannya, seraya memancarkan kualitas batinnya sambil berinteraksi dalam tiga dimensi, yaitu Allah, aku, dan alam. Apabila cahaya qalbu meredup, gelap- lah saluran batin, sehingga saluran itu kehilangan api penghangat cinta, dan berganti dengan kejahatan, kemunafikan serta berbagai keputusan yang diambil alih sifat setan.

Al-Qur’an mengisyaratkan kekuatan potensial dari struktur kepribadian manusia yang diberikan potensi cahaya cinta Ilahi (nurullah) yang menerangi dan memberikan energi kepada qalbu untuk mengendalikan caranya dia ber-interaksi dengan lingkungan. Pada awainya cinta mendahului benci. Dan kalau­pun ada benci, itu pun karena ingin mempertahankan cinta. Membenci karena cinta dan tidak mungkin mencintai karena benci!

Sagava cinta yang membentang menerangi qalbu adalah hubb, sebuah energi cahaya yang sangat orisinal dari Ilahi yang menggerakkan fungsi moral dan caranya manusia berinteraksi atas dasar prinsip kebenaran (truth and mo­rality principles), sedangkan sisi lain dari energi cahaya selain hubb adalah iman yang pada hakikatnya tampil untuk membela hubb. Iman bukan hanya diartikan sebagai percaya, melainkan harus dipahami sebagai energi yang selalu membela cinta. Dengan iman dia mencinta dan karena dia mencinta maka dia beriman.

Hubb bertugas untuk memberi dan melimpahkan, sedangkan iman ber­tugas untuk menjaga keinginan hubb agar cahaya cinta yang putih, orisinal dan membawa keluhuran budi dapat diamankan. Iman selalu berpihak kepada hubb. Iman bersifat memaksa, memerintah, dan mengendalikan. Iman adalah partner sejati dari cinta yang membela kepentingan cinta. Iman adalah kekuatan yang positif, sedangkan hawa adalah kekuatan negatif. Iman akan membentengi hubb dari bentuk kekuatan negatif yang akan menyimpangkan dan melumpuh­kan cinta. Manusia yang kehilangan hubb, pada dasamya berpusat pada ketidak­berdayaan dirinya untuk mempertahankannya dari kekuatan negatif hawa.

Hubb dan iman memberikan energi batin di atas energi vital yang dimiliki jiwa manusia. Dia mempunyai kewajiban untuk mengisi qalbu dengan fitrah Ilahi yang kemudian oleh sang qalbu dialirkan dan dipancarkan ke seluruh saluran menjadi satu potensi.

Kewajiban qalbu mengendalikan dan membagi kedua energi tersebut dan membersihkan berbagai potensi batin yang berada dalam struktur jiwa setiap saat, sehingga potensi batin ini tetap berfungsi, hidup dengan sensitivitas tinggi untuk memelihara dan sekaligus menangkap cahaya kebenaran, moral, dan tanggung jawabnya sebagai hamba Allah.

Cahaya Ilahi harus terus hidup dan benderang dengan mengaktifkan hubb dan iman sehingga manusia selamat menempuh perjalanan hidupnya sebagai manusia yang hanya berpihak dan beriman kepada Allah,

"Allah adalah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman).... "(al-Baqarah: 257)

Al-Qur’an selalu mengaitkan (nisbat) antara cahaya dan kemampuan manusia melihat tanda-tanda (ayat, informasi, fakta, universum), agar melalui ayat-ayat tersebut manusia mendapatkan pencerahan qalbu (al-Hadiid: 9). Nisbat yang lain adalah keterkaitan manusia dengan zikir, yaitu bentuk ke­sadaran Ilahi yang sangat dicintai Allah dan para malaikat, sehingga manusia selamat dari perangkap setan yang gelap (al-Ahzab: 43).

Allah yang mencipta cahaya tersebut, sangat mencintai ciptaan-Nya, yaitu manusia yang paling indah, sehingga Dia mengajarkan agar setiap jiwa me- nerangi dirinya dengan Al-Qur’an, apabila manusia ingin mendapatkan pen­cerahan atau percikan keabadian cahaya-Nya,

.. (Ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu me­ngeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka...." (Ibrahim: 1)

Hubb yang kemudian membuahkan mahabbah, rasa cinta kasih, adalah akar dari sebuah pohon, sedangkan iman adalah batangnya yang kuat, dan takwa adalah cabang ranting serta daunnya yang rimbun.

* KH. Toto Tasmara, Penerbit Gema Insani Press

8 Dirham Milik Rasulullah

Pagi itu Rasulullah berniat pergi ke pasar untuk membeli sepotong baju. Baju Beliau yang selama ini dipakai sudah sangat tipis karena terlalu sering dicuci. Tak lupa Rasulullah membawa uang sebanyak delapan dirham. Langkah-langkah Rasulullah selalu cepat dan lurus. Tidak belok sana sini. Di satu jalan sebelum pasar terlihat ada seorang wanita yang sedang menangis. Rasul pun mendekatinya.

"Apakah gerangan yang membuatmu menangis?" tanya Rasul.

"Wahai Rasul. Saya hendak ke pasar, tetapi uang saya hilang di tengah jalan. Padahal uang itu pemberian suami saya. Dia pasti akan marah sekali sama saya," jawab wanita itu.

Hati Rasulullah tersentuh oleh penderitaan wanita itu. Rasul lalu mengambil dua keping dirham dan diberikannya kepada wanita itu. Rasulullah melanjutkan perjalanannya. Di pasar beliau membeli sepotong baju seharga 2 dirham. Untuk ukuran Rasul, baju tersebut sangat sederhana. Hanya memenuhi syarat menutupi aurat. Rasul pun pulang.

Di tengah jalan ada seorang laki-laki tua yang tidak mengenakan apa-apa. Ketika Rasul bertanya, pria tua itu mengatakan tidak punya uang untuk membeli baju. "Siapa saja yang memberiku pakaian, semoga Allah memberinya pakaian dari sutra hijau di surge nanti."

Rasul lalu memberikan baju yang baru dibelinya tadi kepada kepada pak tua itu. Rasul kembali ke pasar untuk membeli sepotong baju lagi seharga 2 dirham. Dalam perjalanan pulang rasul mendapati seorang budak menangis.

"Apa yang membuatmu menangis?" Tanya Rasul.

"Ya Rasul, saya ini budak. Saya disuruh majikan saya ke pasar untuk menjual sesuatu dengan harga 2 dirham. Ketika ke luar dari pasar, saya baru sadar bahwa uang itu telah hilang. Gara-gara itu saya telambat pulang. Saya takut majikan saya memarahi saya berkali-kali karena sudah melakukan dua kesalahan, menghilangkan uangnya dan telambat pulang," jawab wanita budak itu.

Rasul mengambil 2 dirham dan memberikannya kepada wanita itu. Sekarang uang delapan dirham milik Rasul sudah habis.

"Sekarang aku akan mengantarmu pulang dan menjelaskannya kepada majikanmu," ujar Rasul.

Setiba di rumah majikan wanita itu, rasul mengucapkan salam. Namun tidak dijawab. Rasul mengulanginya lagi hingga tiga kali baru mendapatkan jawaban. Tuan rumah keluar menemui Rasul.

"Kenapa kamu tidak menjawab salamku? Apakah kamu tidak mendengarnya?" Rasul bertanya.

"Saya mendengarnya ya Rasul, tetapi saya ingin lebih banyak mendengarkan salamu. Jadi saya biarkan hingga tiga kali."

"Pembantumu ini terlambat pulang dan tidak berani pulang sendirian. Sekiranya dia harus menerima hukuman, akulah yang akan menerimanya," terang Rasul. Ucapan ini sangat mengejutkan mereka. Kasih saying Nabi begitu murni, budi pekerti utama, yang tampak indah di hadapan mereka. Beliau mau berjalan panjang dan jauh hanya untuk mengantarkan seorang budak yang takut dimarahi majikannya. Lagipula hanya terlambat pulang. Bahkan memeohon maaf baginya pula.

"Kami memaafkan dan bahkan membebaskannya. Kedatangannya kemari bersama engkau ya Rasul adalah berkah bagi kami semua," kata tuan rumah itu. Si budak itu sangat gembira dan bersyukur atas karunia Allah SWT dan kebebasannya karena dari Rasulullah Saw.

Rasulullah Saw pulang dengan hati gembira. Dengan delapan dirham telah menghilangkan ketakutan seorang istri, memberi pakaian seorang tua, dan membebaskan seorang budak. "Sungguh aku tidak pernah melihat perkara yang lebih berkah daripada uang delapan dirham ini, " kata Rasul.  

Sumber: Buku Mutiara-Mutiara Hati, Penulis Hadi S. Khuly, Penerbit Gava Media

Terbang Bersama Keheningan

Berat, itulah kata yang bisa mewakili tantangan hidup kekinian. Orang miskindihadang penyakit di sana-sini. Orang kaya alisnya dibikin berkerut oleh berbagaimasalah. Sebagian malah sudah dipenjara, sebagian lagi menuggu giliran untukberistirahat di tempat yang sama. Manusia biasa menggendong berbagai beban kesana ke mari (dari mencari nafkah, menyekolahkan anak sampai dengan mempersiapkan hari tua), pejabat maupun pengusaha juga serupa: senantiasa ditemani masalah kemanapun ia pergi. Di desa banyak orang mengeluh, luas tanah tetap namun jumlah manusia senantiasa tambah banyak. Sehingga setiap tahun memunculkan tantangan penciptaan lapangan kerja. Bila tidak terselesaikan ia bisa lari kemana-mana. Dari kejahatan sampai dengan kekerasan.

Digabung menjadi satu, jadilah kehidupan berwajah serba berat di sana-sini. Tidak saja di negara berkembang, di negara maju sekali pun tantangannya serupa.Kemajuan ekonomi Jepang yang demikian fantastis tidak bisa mengerem angka bunuh diri. Kemajuan peradaban Amerika tidak membuat negara ini berhenti menjadi konsumen obat tidur per kapita paling tinggi di dunia. Jangankan berbicara negeri Afrika seperti Botswana. Rata-rata harapan hidup hanya 30-an tahun. Orang dewasa di sana lebih dari 80 persen positif terjangkit HIV. Sehingga menimbulkan pertanyaan,"Demikian beratkah beban manusia untuk hidup?"Ada sahabat yang menghubungkan beratnya hidup manusia dengan hukum gravitasinya Newton yang berpengaruh itu. Sudah menjadi pengetahuan publik,kalau Newton menemukan hukum ini ketika duduk di bawah pohon apel, dan tiba-tiba buahnya jatuh.Sehingga Newton muda berspekulasi ketika itu, ada serangkaian hukum berat (baca:gravitasi) yang membuat semua benda jatuh ke bawah.

Sahabat ini bertanya lebih dalam, "kalau gravitasi yang menarik apel jatuh ke bawah, lantas hukum apa yang membawanya naik ke puncak pohon apel?" Dengan jernih ia menyebut "The law of levitation" (hukum penguapan). Kalau gravitasi menarik apel ke bawah, penguapan menariknya ke arah atas. Dalam bahasa yang lugas sekaligus cerdas, sahabat ini mengaitkan kedua hukum fisika ini ke dalam dua hukum kehidupan: "Hate is under the law of gravity, love isunder the law of levitation." Kebencian berkait erat dengan gravitasi karena mudah sekali membuat manusia hidup serba berat dan ditarik ke bawah. Cinta berkaitandengan gerakan-gerakan ke atas. Karena hanya cinta yang membuat manusiaringan dan terbang ke atas.

Sungguh sebuah bahan renungan kehidupan yang cerdas dan bernas. Kembali ke soal hidup manusia yang serba berat, tidak ada manusia yang bebas sepenuhnya dari masalah. Bahkan ada yang menyederhanakan kehidupan dengan sebuah kata: penderitaan! Hanya saja kebencian berlebihan yang membuat semua ini menjadi semakin berat dan semakin berat lagi. Ada yang benci pada diri sendiri,ada yang membenci orang tua, suami, istri, teman, tetangga, atasan kerja, sampai dengan ada yang membenci Tuhan. Perhatikan wajah-wajah manusia kekinian yang miskin senyum, yang mudah tersinggung, yang senantiasa minta diperhatikan, penerimaan bulanan yang serba kurang, dan masih bisa ditambah lagi dengan yang lain. Semuanya berakar pada yang satu: kebencian! Sehingga mudah dimengerti kalau perjalanan hidup seperti buah apel, semakin tua semakin berat dan semakin ditarik ke bawah.

Terinspirasi dari sinilah, kemudian sejumlah guru mengurangi sesedikit mungkin berjalan dalam hidup dengan beban-beban kebencian. Dan mencoba menarik kehidupan ke atas menggunakan sayap-sayap cinta. Semua perjalanan cinta mulai dari sini: mencintai kehidupan. Makanya sahabat-sahabat penekun meditasi Vipasana berkonsentrasi pada keluar masuknya nafas. Tidak saja karena membuatmanusia mudah terhubung dengan hidup, tetapi berpelukan penuh cinta dengankehidupan. Dan segelintir penekun Vipasana yang telah berjalan amat jauh,kemudian mengalami cosmic orgasm.

Semacam orgasme kosmik yang ditandai oleh terlihatnya keindahan di mana-mana. Karena semuanya terlihat serba indah, tidakada lagi dorongan untuk mencari jawaban. Bahkan pertanyaan sekalipun sudah lenyap dari kepala. Ini yang disebut seorang guru dengan terbang bersama keheningan. Ada yang menyebut ini dengan emptiness. Sebuah terminologi timur yang amat susah untuk dijelaskan dengan kata-kata manusia. Namun Dainin Katagiri dalam Returning to Silence, menyebutkan: "The final goal is that we should not beobsessed with the result, whether good, bad or neutral.

"
Keseluruhan upaya untuktidak terikat dengan hasil. Itulah keheningan. Sehingga yang tersisa persis sepertihukum alam: kerja, kerja dan kerja. Dalam kerja seperti ini, manusia seperti matahari.Ditunggu tidak ditunggu, besok pagi ia terbit. Ada awan tidak ada awan, mataharitetap bersinar. Disukai atau dibenci, sore hari dimana pun ia akan terbenam.Mirip dengan matahari yang tugasnya berbeda dengan awan dan bintang. Kitamanusia juga serupa. Pengusaha bekerja di perusahaan. Penguasa bekerja dipemerintahan. Pekerja bekerja di tempat masing-masing. Penulis menulis. Pertapabertapa. Pencinta yoga beryoga. Pengagum meditasi bermeditasi. Semuanya adatempatnya masing-masing. Ada satu hal yang sama di antara mereka: "Menjadisemakin sempurna di jalan kerja". Soal hasil, sudah ada kekuatan amat sempurnayang sudah mengaturnya. Keinginan apalagi kebencian, hanya akan membuatnya jadi berat dan terlempar ke bawah.

*Penulis: Gede Prama, Penerbit: PT Elex Media Komputindo