Tuesday, April 30, 2013

Selembar Surat Bukan Surat Biasa

Di suatu kota, tersebutlah seorang pemuda yang mengidap suatu penyakit. Kian hari, sakitnya semakin parah hingga tubuhnya menjadi kurus dan semakin lemah. Secara medis penyakit yang dideritanya sudah diketahui obatnya. Namun, meskipun dia sudah meminum obat itu tetap saja penyakitnya tidak kunjung sembuh sehingga membuat seluruh dokter dan tabib di kota itu menjadi heran.

Hingga suatu ketika, pemuda itu mendapatkan kiriman sebuah surat. Ajaibnya, ketika membaca surat tersebut wajah pemuda yang selama ini pucat membeku menjadi cerah dan menunjukkan cahaya kehidupan. Dan semenjak itu, kesehatan pemuda itu berangsur-angsur membaik. Obat-obat yang diminumnya mulai menunjukkan pengaruh yang sangat nyata. Dan dalam waktu yang tidak terlalu lama, pemuda itu telah sembuh dari penyakit yang menggerogoti tubuhnya.

Para dokter dan tabib yang merawatnya pun menjadi penasaran dengan isi surat tersebut. Ketika membaca surat itu, mereka masih juga heran. Didalam surat tersebut tidak ada kata-kata yang aneh, bahkan hanya terdapat sebaris kata sapaan dan dibawahnya tertulis resep dan saran-saran untuk pemuda tersebut. Resep dan saran-saran yang tertulis itu pun sama saja dengan resep dan saran yang pernah mereka berikan. Lalu mereka menyimpulkan bahwa surat itu hanya surat biasa, dan kesembuhan pemuda itu tidak ada hubungannya dengan surat tersebut.

Namun, tidak begitu bagi sang pemuda. Surat itu ternyata berasal dari seorang gadis yang sudah lama pergi meninggalkan kota itu. Dulu, gadis itu adalah sahabat yang selalu menemani pemuda itu, membantunya, juga menyemangatinya. Mereka bukan sepasang kekasih waktu itu, tak pernah terucap kata cinta dari mulut mereka, tak pernah pula mereka mengucap janji untuk bertemu lagi. Sehingga pemuda itupun tak pernah sadar kalau jauh di lubuk hatinya, dia begitu merindukan gadis yang setelah menyelesaikan pendidikan dokternya, pergi meninggalkan kota itu tanpa sempat berpamitan dengan sang pemuda yang sebenarnya telah sangat membutuhkannya.

Setelah berlalu sekian lama, gadis itu mendapat kabar dari seorang temannya tentang pemuda yang sakit dan tak kunjung sembuh di kotanya. Saat mengetahui bahwa pemuda yang diceritakan itu adalah sahabatnya dulu, maka dia segera menulis surat untuknya. Bukan surat yang istimewa, hanya sapaan yang biasa, tak ada kata cinta dan tak ada ungkapan rindu tertulis disana. Namun, bagi pemuda itu pengaruhnya begitu besar. Dari sudut hatinya, muncul sinar kehidupan yang segera mempengaruhi seluruh tubuhnya, tiap sel di tubuhnya menjadi lebih kuat, setiap organnya bekerja dengan lebih baik dan sempurna.

======================================================

Ilustrasi diatas hanyalah sebuah pengantar untuk menggambarkan mukjizat dari suatu rangkaian kata. Jika sebuah surat yang demikian sederhana dan ditulis oleh seorang manusia saja bisa menunjukkan keajaiban semacam itu, maka pasti sebuah surat yang ditulis oleh Sang Kekasih Sejati akan memberikan mukjizat yang jaaaauuuuh lebih nyata. Demikianlah Al-Qur’an telah diturunkan oleh Sang Maha Pengasih, melalui kekasihNya yang paling mulia Rasulullah Muhammad SAW.

Al-Qur’an tertulis dengan sedemikian rupa hingga tiap suratnya, tiap ayatnya, tiap kalimatnya, bahkan tiap kata dan hurufnya terdengar indah ketika dilantunkan, dibaca dan didengarkan. Didalamnya, terdapat kata-kata cinta untuk kita hamba yang begitu dicintaiNya. Didalamnya pula, terdapat resep obat yang berkhasiat jika kita mengkonsumsinya. Juga jalan hidup yang begitu mulia jika kita mau menjalankannya.

Jadi, bukan hal yang mustahil jika lantunan ayat Al-Quran bisa menyembuhkan penyakit baik medis maupun non-medis. Baik penyakit  fisik maupun psikis. Apalagi jika kemudian diikuti dengan mengamalkan tiap syariat yang tercantum didalamnya, juga menjauhi larangan yang disebutkan didalamnya. Karena Al-Qur’an bukan sekedar surat cinta, Al-Qur’an lebih dari sekedar resep, Al-Qur’an bukan hanya syair ataupun kisah, bukan pula hanya kitab Undang-undang. Al-Qur’an adalah mukjizat yang begitu nyata, mencakup itu semua, tapi sekaligus lebih dari itu semua.

Di akhir tulisan ini, saya mengutip satu ayat Al-Qur’an surah Al-Israa’ ayat 82 yang berbunyi:

وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌۭ وَرَحْمَةٌۭ لِّلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارًۭا
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.
======================================================

Saya menulis catatan ini, bukan berarti saya orang yang shalih. Bahkan sangat jauh dari kriteria baik apalagi hamba yang shalih. Saya hanya orang yang mencoba menjadi hamba yang baik, dengan lebih mencintai Al-Qur’an.


Mari saling memberi nasehat kebaikan
Barakallahu liy wa lakum
*Diilhami dari obrolan dengan seorang kawan waktu Januari 2011, dan dengan Abah liburan kemarin