Showing posts with label Contoh Makalah dan Skripsi. Show all posts
Showing posts with label Contoh Makalah dan Skripsi. Show all posts

“Analisis Unsur Karbon Aktif Tempurung Kelapa

windowsbie.blogspot.co.id
[1]. Arang aktif bila dilakukan aktivasi pada temperatur 300°C sampai dengan 1000°C maka ukuran pori dari arang aktif menjadi lebih kecil, ini disebabkan karena pada temperatur tersebut terjadi perubahan komposisi struktur materi pada arang aktif.

[2]. Sebagai bahan dasar pembuatan karbon antara lain adalah batu bara, tempurung kelapa, residu petro kimia, kayu bakar, cangkang kelapa sawit, tongkol jagung dan bahan hidrokarbon lainnya

[3]. Mengandung lignin, hemiselulosa, dan selulosa dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan arang aktif karena lignin dan selulosa sebagian besar tersusun atas unsur karbon. Salah Beragamnya bahan baku mudah diperoleh, Bahan-bahan yang dapat digunakan Selain itu bahan organik yang satu dalam kategori ini adalah tempurung kelapa. Tempurung kelapa mengandung Air 11,35 %, Selulosa 34,56 %, Lignin 44,72 %, Asap Cair 52,85 %, dan Arang 31,75%.

[4].Pemanfaatan tempurung kelapa masih sangat terbatas khususnya di daerah Sulawesi Tenggara. Propinsi Sulawesi Tenggara salah satu sentra produksi kelapa di Indonesia yang menghasilkan rata-rata 25 ton/ha kelapa per tahun. Setiap hektar perkebunan kelapa rata-rata menghasilkan 2-5 ton tempurung per tahun.

[5]. Besarnya potensi tempurung kelapa yang dapat dihasilkan dari proses pengolahan, belum dimanfaatkan secara optimal Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan keberadaan unsur-unsur tertentu dan persentasenya dalam suatu material adalah metode Analisis Ultimat (Ultimate Analysis). Analisis ini adalah metode analisis yang menggunakan prinsip analisis pembakaran (combustion analysis) untuk menganalisis kandungan unsur dalam bahan tertentu. Alat ini mempunyai keunggulan analisis yang lebih cepat dibanding analisis dengan alat lain. Analisis ultimat memanfaatkan pembakaran sampel dalam tanur yang selanjutnya ditangkap oleh sel infra merah dan sel konduktivitas termal untuk dianalisis kandungan unsurnya. Dengan menggunakan metode analisis ultimat (ultimate analysis) maka dapat ditentukan persentasi beberapa kandungan unsur dalam arang aktif tempurung kelapa.

source:windowsbie.blogspot.co.id
Melalui proses aktivasi, nilai guna tempurung kelapa dapat ditingkatkan dalam berbagai pemanfaatannya serta berimplikasi pada informasi kualitas karbon aktif tempurung kelapa yang memenuhi standar yang ditetapkan.Karbon dan Karbon Aktif Arang adalah suatu bentuk karbon yang berwarna hitam dan berpori-pori, diperoleh dari hasil pembakaran bahan-bahan karbon dengan menggunakan udara terbatas. Sebagian besar pori-pori arang masih tertutup hidrokarbon, ter, dan senyawa-senyawa organik lain Jacobs menyebutkan bahwa karbon aktif adalah suatu bentuk karbon (arang) yang telah diaktifkan dengan menggunakan gas, uap air atau bahan-bahan kimia sehingga pori-porinya terbuka [7] Perlakuan panas terutama dimaksudkan untuk menghilangkan unsur-unsur hidrogen dan oksigen.

Seperti diketahui bahan baku untuk pembuatan karbon aktif terutama berasal dari tumbuh-tumbuhan yang banyak mengandung unsur-unsur tersebut dalam bentuk persenyawaan organik. Salah satu perlakuan panas tersebut adalah karbonisasi (pengarangan) [8] Karbon aktif dapat dibuat dari semua bahan yang mengandung karbon, baik karbon organik maupun anorganik dengan syarat bahan tersebut mempunyai struktur berpori. Bahan-bahan tersebut antara lain kayu, batu bara muda, tulang, tempurung kelapa, tempurung kelapa sawit, tandan kelapa sawit, limbah pertanian seperti kulit buah kopi, sabut buah coklat, sekam padi, jerami, tongkol, dan pelepah jagung [9] Kualitas arang aktif dinilai berdasarkan persyaratan Standar Nasional Indonesia pada tabel berikut ini.


source:windowsbie.blogspot.co.id

Standar Industri Indonesia untuk Arang Aktif (SII. No. 0258-79)

[10] Uraian Persyaratan Tanaman kelapa disebut juga tanaman serbaguna, karena dari akar sampai ke daun kelapa bermanfaat. Buah adalah bagian utama dari tanaman kelapa yang berperan sebagai bahan baku industri. Buah kelapa terdiri dari beberapa komponen yaitu sabut kelapa, tempurung kelapa, daging buah kelapa dan air kelapa. Daging buah adalah komponen utama yang dapat diolah menjadi berbagai produk bernilai ekonomi tinggi. Sedangkan air, tempurung, dan sabut sebagai hasil samping (by product) dari buah kelapa juga dapat diolah menjadi berbagai produk yang nilai ekonominya tidak kalah dengan daging buah [6] Bagian yang hilang pada pemanasan 950°C Air, Abu, Bagian yang tidak Diperarang Daya Serap terhadap larutan I2.

Perbedaan Air SENI - MANI - WADI dan MADZI



1. Kencing: Masyhur sehingga tidak perlu dijelaskan, dan dia najis berdasarkan Al-Qur`an, Sunnah, dan ijma’.

2. Wadi: Cairan tebal berwarna putih yang keluar setelah kencing atau setelah melakukan pekerjaan yang melelahkan, misalnya berolahraga berat. Wadi adalah najis berdasarkan kesepakatan para ulama sehingga dia wajib untuk dicuci. Dia juga merupakan pembatal wudhu sebagaimana kencing dan madzi.

3. Madz i: Cairan tipis dan lengket, yang keluar ketika munculnya syahwat, baik ketika bermesraan dengan wanita, saat pendahuluan sebelum jima’, atau melihat dan mengkhayal sesuatu yang mengarah kepada jima’. Keluarnya tidak terpancar dan tubuh tidak menjadi lelah setelah mengeluarkannya. Terkadang keluarnya tidak terasa. Dia juga najis berdasarkan kesepakatan para ulama berdasarkan hadits Ali yang akan datang dimana beliau memerintahkan untuk mencucinya.

4. Mani: Cairan tebal yang baunya seperti adonan tepung, keluar dengan terpancar sehingga terasa keluarnya, keluar ketika jima’ atau ihtilam (mimpi jima’) atau onani -wal ‘iyadzu billah-, dan tubuh akan terasa lelah setelah mengeluarkannya.

Berhubung kencing dan wadi sudah jelas kapan waktu keluarnya sehingga mudah dikenali, maka berikut kesimpulan perbedaan antara mani dan madzi:

a. Madzi adalah najis berdasarkan ijma’, sementara mani adalah suci menurut pendapat yang paling kuat.
b. Madzi adalah hadats ashghar (kecil) yang cukup dihilangkan dengan wudhu, sementara mani adalah hadats akbar (besar) yang hanya bisa dihilangkan dengan mandi junub.
c. Cairan madzi lebih tipis dibandingkan mani.
d. Mani berbau, sementara madzi tidak (yakni baunya normal).
e. Mani keluarnya terpancar, berbeda halnya dengan madzi. Allah Ta’ala berfirman tentang manusia, “Dia diciptakan dari air yang terpancar.” (QS. Ath-Thariq: 6)
f. Mani terasa keluarnya, sementara keluarnya madzi kadang terasa dan kadang tidak terasa.
g. Waktu keluar antara keduanyapun berbeda sebagaimana di atas.
h. Tubuh akan melemah atau lelah setelah keluarnya mani, dan tidak demikian jika yang keluar adalah madzi.

Karenanya jika seseorang bangun di pagi hari dalam keadaan mendapatkan ada cairan di celananya, maka hendaknya dia perhatikan ciri-ciri cairan tersebut, berdasarkan keterangan di atas. Jika dia mani maka silakan dia mandi, tapi jika hanya madzi maka hendaknya dia cukup mencuci kemaluannya dan berwudhu. Berdasarkan hadits Ali -radhiallahu anhu- bahwa Nabi -alaihishshalatu wassalam- bersabda tentang orang yang mengeluarkan madzi :

اِغْسِلْ ذَكَرَكَ وَتَوَضَّأْ

“Cucilah kemaluanmu dan berwudhulah kamu.” (HR. Al-Bukhari no. 269 dan Muslim no. 303)

Tambahan:

1. Mandi junub hanya diwajibkan saat ihtilam (mimpi jima’) ketika ada cairan yang keluar. Adapun jika dia mimpi tapi tidak ada cairan yang keluar maka dia tidak wajib mandi. Berdasarkan hadits Abu Said Al-Khudri secara marfu’:

إِنَّمَا الْمَاءُ مِنَ الْمَاءِ

“Sesungguhnya air itu hanya ada dari air.” (HR. Muslim no. 343)
Maksudnya: Air (untuk mandi) itu hanya diwajibkan ketika keluarnya air (mani).

2. Mayoritas ulama mempersyaratkan wajibnya mandi dengan adanya syahwat ketika keluarnya mani -dalam keadaan terjaga. Artinya jika mani keluar tanpa disertai dengan syahwat -misalnya karena sakit atau cuaca yang terlampau dingin atau yang semacamnya- maka mayoritas ulama tidak mewajibkan mandi junub darinya. Berbeda halnya dengan Imam Asy-Syafi’i dan Ibnu Hazm yang keduanya mewajibkan mandi junub secara mutlak bagi yang keluar mani, baik disertai syahwat maupun tidak.

Wallahu a’lam.

Semoga Kita dapat mengambil pengetahuan yang bermanfaat dan bernilai ibadah dan semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati Kita yang telah lama terkunci. Aamiin.

(Cantumkan jika ada doa khusus untuk ibu dan juga doa yang lainnya,agar kami para jamaah bisa mengaminkannya)

Silahkan Klik Like dan Bagikan di halamanmu agar kamu dan teman-temanmu senantiasa istiqomah dan bisa meningkatkan ketakwaannya kepada ALLAH SWT.

Ya ALLAH...
✔ Muliakanlah orang yang membaca tausiah ini
✔ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
✔ Lapangkanlah hatinya
✔ Bahagiakanlah keluarganya
✔ Luaskan rezekinya seluas lautan
✔ Mudahkan segala urusannya
✔ Kabulkan cita-citanya
✔ Jauhkan dari segala Musibah
✔ Jauhkan dari segala Penyakit,Fitnah,Prasangka Keji,Berkata Kasar dan Mungkar.
✔ Dan dekatkanlah jodohnya untuk orang yang membaca dan membagikan tausiah ini.

Aamiin ya Rabbal'alamin

Niat ingsun Ziaroh Makam Waliyulloh - Goa Safar Wadi


Gunung Mujarrob adalah menyimpan banyak misteri karena gunung ini dikenal hanya oleh para Wali khususnya di Indonesia. Jika gunung mujarrob memunculkan sinar terang benderang itu artinya sebagai pertanda lahirnya sosok waliyulloh juru penyelamat di bumi tanah Jawa. Konon lebih dari 350 tahun yang lampau gunung ini raib dari pandangan mata manusia biasa, seperti halnya cerita dari kisah perjalanan hidup Habib Muh, Tegal Rejo Magelang Jateng, yang pernah kami ketahui sewaktu masih dipesantrennya pada tahun 1987 lalu.

Beliau bercerita bahwa dirinya pernah masuk kedalam gua Mujarrob atas panggilan yang empunya yaitu, Syeikh Sanusi, disaat beliau kedapatan anugerah di syahid menjadi Waliyulloh Abdal, pada tahun 1982 lalu, dan lewat kisahnya ini yang menyatakan bahwa disaat beliau baru masuk kedalam gua tersebut, beliau langsung disambut oleh ratusan kalajengking yang sangat besar. Masya Alloh!!! Yaitu berkisar 40 cm.

Bukan hanya sebatas itu saja beliau di uji dalam keyakinannya saat berada di dalam gua Mujarrob, beliau juga sempat melihat secara mata telanjang, beberapa ekor ular raksasa yang besarnya melebihi badan mobil siap menghadangnya. Dan ini bersifat riil bukan hanya sekedar fatamorgana dari sifat lelembut atau binatang jejadian yang hanya sekilas pandang. Sebab semua binatang yang telah mendiami gunung tadi telah berusia lebih dari ratusan tahun dan tidak pernah terusik oleh manusi yang berani masuk. Terangnya.

Juga kisah yang pernah dialami oleh Habib Nur Ali yang pernah masuk kedalamnya disaat mendapat panggilan dari Syeikh Sanusi atas pengangkatan dirinya sebagai Waliyulloh bangsa Rijal. Beliau bercerita "Tidak ada syafaat yang lebih besar di seluruh wilayah yang ada di Indonesia ini kecuali goa gunung Mujarrob. Dan tidak ada suatu pengangkatan waliyulloh yang diakui oleh wali lainnya kecuali lewat tangan Syeikh Sanusi sendiri sebagai makom tertinggi yang telah mendapatkan kefadholan dari Alloh SWT, dengan diberikannya umur panjang sampai hari kiamat tiba karena kemustajabahan air mujarrob yang dimilikinya dan tidak ada satupun wali di dunia ini yang tidak butuh rohmatnya, karena sesungguhnya beliau tercipta sebagai raja dari semua waliyulloh"

"Jangan sesekali masuk kedalamnya sebelum yang empunya datang sendiri memanggil anda, sebab lebih dari seabad yang lalu para manusia yang mengaku dirinya ahli bathin tinggi, lebih dari 77 orang telah raib dan tidak bisa diketahui jasad dan rimbanya". Lanjutnya

Dari beberapa kisah yang pernah dituturkan oleh para masyaikh ini membuat siapapun yang mendengar akan bergidik dan berfikir seratus kali untuk bisa masuk kedalam gua Gunung Mujarrob yang penuh akan karomah juga sebaliknya penuh misteri yang sangat mengerikan.


Mungkin pembaca sekalian masih bertanya dengan kisah ini, sebenarnya dimana letak sesungguhnya gua Gunung Mujarrob tersebut? Menurut cerita para masyaikh tadi bahwa, gunung Mujarrob ini terletak disalah satu areal pesarean Ki Muhyi Pamijahan, Tasik, Jawa Barat yang sangat kondang akan derajat kewaliyan nya dan banyak diziarohi oleh berbagai lapisan masyarakat lokal maupun dari manca negara.

Namun bila anda pernah datang kesana dan membeli buku sejarah yang banyak dijual bebas di sepanjang toko kaki lima seputar areal pesarean Ki Muhyi Pamijahan, dengan judul bukunya " Sejarah perjuangan Syeikh Haji Abdul Muhyi Waliyulloh Pamijahan" yang di tulis oleh, Drs, H. AA. Khaerussalam, disitu tidak dituliskan sama sekali tentang letak gua gunung Mujarrob yang membawa banyak rohmat dan maghfiroh untuk seluruh pengangkatan waliyulloh sedunia.

Mungkin bisa jadi mereka memandangnya tidak perlu membesarkan nama dan letak gua Mujarrob, yang dianggapnya tidak menguntungkan sama sekali dari pihak peziarah/ tidak bisa di komersilkan, alasannya keluarga mereka juga tidak ada yang berani sampai masuk kedalamnya, sehingga dengan ini pula para keturunannya tidak sampai mencantumkan perihal gua gunung Mujarrob yang sebenarnya.

Nah, dari kisah ini pula diawal bulan Syawal 1429,H, lalu, guruku mengundangku yang intinya menyuruh Saya datang ke gua gunung Mujarrob, karena sebuah panggilan darinya (Syeikh Sanusi). Seperti hallintar menyambar disiang bolong, hatiku kaget dan langsung bergetar keras mendengar apa yang barusan di ucapkan oleh guruku tadi, siapa yang tidak takut dengan nama gua gunung Mujarrob yang penuh dengan kengerian dan fenomena gaib yang bisa membawa badan kita seketika raib disaat baru masuk kedalamnya.

Namun sepertinya guruku tidak mau ambil pusing dan mengharuskan aku secepatnya datang kesana. "Ini perintahnya dan bukan kamu yang pinta, lakukan apa yang aku ucapkan" kata sang guru dengan tegas. Sepulang dari kediaman sang guru hatiku terus bergemuruh antara siap dan tidak, untuk sampai bisa melaksanakan datang ke gua gunung Mujarrob dan mulai hari itu pula aku diwajibkan puasa sampai hatiku benar benar merasa tenang dan siap dengan segala keyakinannya untuk sampai datang ke gua gunung Mujarrob.

Setengah bulan telah berlalu, hatiku semakin mantap untuk sesegera mungkin melaksanakan tugas mulia yang di embankan oleh sang guru, dan tanpa menunggu waktu lebih lama lagi akupun langsung pamit minta restunya. Namun sebelum keberangkatanku ke gunung gua Mujarrob, guruku langsung mengijazahkan amaliyah khususiah yaitu berupa, HIZIB JABARUT Dan ULUHIYYAH, " Bawalah santrimu yang banyak untuk mendampingimu sampai tujuan dan pilihlah mereka yang hatinya telah memahami keikhlasan" dan setelah itu beliau juga memberikan beberapa tata cara dan kunci disaat akan masuk ke gua gunung Mujarrob, yang intinya agar selamat dari segala binatang buas dan bangsa lelembut yang sengaja menghadang dan menyesatkan perjalanan mulia ini.

Selepas dari sang guru, aku langsung mengumpulkan beberapa teman Jam’ul Ijazah yang akan mendampingi pemberangkatanku nanti dan ternyata tidak semua Jam’ul Ijazah masuk dalam kategori yang aku inginkan, sehingga waktu itu hanya 15 orang saja yang aku bawa ikut serta. Singkat cerita, sampailah kita semua didepan pintu gua gunung Mujarrob, lewat panduan dari salah satu kepercayaan santri sang guru. Ternyata apa yang aku takutkan selama ini tidak sampai terjadi, sebab gua yang semestinya gelap gulita itu ternyata terang benderang karena ternyata didalamnya sudah lebih dulu ada dua orang sebelum golongan kita datang, dua orang ini berbadan tinggi besar dan sepertinya bukan dari bangsa kita, keduanya memakai pakaian dan sorban serba putih yang disaat kita masuk keduanya menutup wajahnya dengan sorban yang dipakainya. Nah, dari sorban merekalah cahaya terang benderang itu berasal, sehingga dengan pancaran sinar yang teramat terang ini kita semua akhirnya bisa melihat seisi ruangan gua yang ternyata semuanya terbuat dari marmer asli.

Namun sebelumnya, aku mohon maaf kepada pembaca sekalian, karena tidak bisa menceritakan secara keseluruhan apa yang terjadi didalam gua tersebut sebab bersifat sirri/ rahasia, hanya saja di dalam gua tersebut banyak fenomena dan keganjilan yang tidak masuk diakal yang kami rasakan secara nyata, sehingga semua yang ikut serta masuk ikut pula menyaksikannya secara takjub dan ajib yang mungkin menurut mereka tidak bisa hilang dari ingatannya selama umur masih dikandung badan.

Kami lanjutkan lagi ke cerita seputar dunia mistik yang aku peroleh. Lewat panduan sang guru yang telah diajarkan padaku, alhamdulillah akhirnya kita semua selamat dan bisa pulang kembali tanpa sedikitpun ada kendala, walau dalam perjuangan yang sebenarnya penuh haru dan tangisan bahagia yang tidak bisa dilukiskan oleh bentuk apapun juga. Dari kisah inilah alhamdulillah aku sempat bertemu dengan sosok yang selama ini kami cari dan sempat pula mencium tangannya, yaitu, Sulthonul Bahri/ penjaga laut sedunia, Nabiyulloh Hidir AS, dan demi tulisan ini pula kami sempatkan untuk berkata, Demi Alloh, demi Alloh, demi Alloh, apa yang aku dapatkan selama ini adalah barang terbaik yang aku miliki, yaitu, mustika HUT Nabiyulloh Yunus As,/ mustika ikan hutt sewaktu Nabiyulloh Yunus As, dalam perut ikan hutt selama 41 hari lamanya( secara hikayat yang tercantum dalam Al Quran/ tafsirnya).

Sebelum sampai di penghujung cerita, saya atas nama pribadi mohon maaf yang sebesarnya apabila ulasan ini terlalu fulgar dan sangat transparan. Bukan maksud menggurui siapapun, kami hanya ingin menceritakan yang sebenarnya atas apa yang pernah aku peroleh sewaktu datang kedalam gua gunung Mujarrob yang sangat membawa pengaruh besar bagi umat manusia, wabil khusus tentang perputaran zaman yang selalu ditandai beragam fenomena langka yang selalu diawali dari karomah gunung Mujarrob.

Tentunya bagi para ahlillah dan ahli bathin khosois lainya, tidak ada yang tidak paham tentang siapa jati diri, Syeikh Sanusi sesungguhnya dan apa pula yang dimaksud dari maul Mujarrob yang disebut sebagai keluhuran derajat seluruh desa Pamijahan, juga bagaimana Syeikh Abdul Qodir Al Jaelani, sampai bisa datang dari negaranya, Bagdad, hanya sekedar ingin disyahkan derajat kewaliyannya, sehingga beliau mau sampai berlama menetap di daerah Pamijahan sebagai muridnya.

Kini koleksi dari Syeikh Abdul Qodir Al Jaelani, masih bisa anda nikmati disalah satu areal Pamijahan, yaitu gua Safar Wadi, yang telah dibuatnya sendiri, bahkan dalam sejarah Wali Songo gua ini sempat dijadikan tempat bermusyawarohnya para waliyulloh. Semoga kisah ini membawa rohmat bagi para pemimpin bangsa dan selebihnya untuk keselamatan seluruh umat pada umumnya.

Bagi yang penasaran dengan letak gua gunung Mujarrob yang konon tidak ada dalam daftar peta maupun buku panduan, Saya akan sedikit memberi jalan kepada anda sekalian. Apabila anda sudah pernah ke gua Safar Wadi, tentunya anda juga tahu betul akan jalan lurus yang sebelumnya belok ke kanan sebelum arah menuju gua Safar Wadi. Nah, kalau gua gunung Mujarrob sendiri belok ke kiri dan berlawanan arah dengan jalan menuju gua Safar wadi, yaitu naik ke atas bukit lewat jalan setapak yang sama sekali tidak pernah dijamah oleh kaki manusia.

Apabila kita sudah sampai kesebuah bukit paling atas, berputarlah kearah kanan dan nanti disitu ada sebuah jurang yang sangat dalam, masuklah dengan jalan agak merangkak karena sangat licin dan juga terjal, turunlah sampai mentok kesebuah cadas berair, disitu anda bisa melihatnya secara jelas sebuah mulut gua kecil yang bila anda melihat kedalamnya tidak akan tembus pandang karena terlalu gelap. Berhati hatilah bagi yang kurang persiapan mental, karena anda akan di sambut saat akan masuk gua oleh beberapa kalajengking raksasa dengan panjang berkisar antara 30 sampai 40 cm.

Source: Windowsbie7 Library

Contoh Makalah Pembangunan Sistem Pendidikan Karakter Masyarakat Desa

PERAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER


SUATU PEMIKIRAN
oleh : Windowsbie7

Abstrak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah salah satu faktor penting dalam pendidikan di Indonesia yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pada tahun 2010 Pemerintah Indonesia, khususnya Menteri Pendidikan Indonesia memulai wacana tentang Pendidikan Berbasis Karakter. Dalam pidatonya pada Hari Pendidikan tanggal 2 Mei 2011 yang lalu, Menteri Pendidikan Indonesia menyatakan bahwa mulai tahun ajaran 2011/2012 pendidikan berbasis karakter akan dijadikan gerakan nasional, mulai dari PAUD sampai dengan Perguruan Tinggi, termasuk di dalamnya pendidikan Nonformal dan Informal. Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Karakter pada PAUD, terutama pada jalur formal, tentunya mempunyai hambatan tersendiri antara lain keadaan ekonomi orang tua, kondisi geografis, ketersediaan lembaga PAUD, latar belakang tenaga endidik dan informasi yang terbatas. Maka dari itu, artikel ini bertujuan untuk melihat hambatan-hambatan apa saja yang mungkin akan dihadapi dalam penerapan Pendidikan Berbasis Karakter pada tingkat PAUD dan memberikan rekomendasi metode pembelajaran yang sesuai menurut beberapa sumber buku maupun artikel lain.

Kata Kunci : pendidikan anak usia dini, pendidikan berbasis karakter, metode belajar PAUD,
metode belajar berkarakter, pendidikan holistik.

1. LATAR BELAKANG
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah salah satu faktor penting dalam pendidikan di Indonesia yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan dinaikkannya anggaran dana pendidikan pada tahun 2009 oleh pemrintah, hal ini membuktikan bahwa pemerintah Indonesia menyadari betul pentingnya pendidikan di Indonesia.

PAUD di Indonesia dibagi menjadi beberapa jalur menurut Pasal 28 Undang–Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, terdapat tiga jalur PAUD yaitu (1) Jalur pendidikan formal yaitu berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Atfhal (RA), atau bentuk lain yang sederajat; (2) jalur pendidikan nonformal yaitu dapat berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat; (3) jalur pendidikan informal yaitu berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselanggarakan oleh lingkungan.

Pendidikan memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam menyikapi perkembangan aktual terhadap munculnya perilaku destruktif, anarkis dan radikalis. Untuk itu para pemangku pendidikan, terutama Kepala Sekolah, Guru, Pemimpin Perguruan Tinggi dan dosen harus memberikan perhatian dan pendampingan lebih besar kepada peserta didik membentuk dan menumbuhkan pola pikir dan prilaku yang berbasis kasih sayang, toleran terhadap realitas keanekaragaman yang di benarkan oleh peraturan dan perundangan.

Maka dari itu pada tahun 2010 pemerintah Indonesia, khususnya Menteri Pendidikan Indonesia memulai wacana tentang Pendidikan Berbasis Karakter. Dalam pidatonya pada Hari Pendidikan tanggal 2 Mei 2011 yang lalu, Menteri Pendidikan Indonesia, Bapak Moh. Nuhmenyatakan bahwa
mulai tahun ajaran 2011/2012 pendidikan berbasis karakter akan dijadikan gerakan nasional, mulai dari PAUD sampai dengan Perguruan Tinggi, termasuk didalamnya pendidikan Nonformal dan Informal. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka artikel ini fokus dalam melihat peran PAUD
dalam mendukung program pemerintah tersebut. Artikel ini juga bertujuan untuk melihat hambatan–hambatan apa saja yang mungkin akan dihadapi dalam penerapan Pendidikan Berbasis Karakter pada tingkat PAUD dan memberikan rekomendasi metode pembelajaran yang sesuai menurut beberapa sumber buku maupun artikel lain. Diharapkan melalui artikel ini dapat dilihat bahwa pencanangan pendidikan berbasis karakter oleh pemerintah dapat
dilaksanakan secara efektif dan menyeluruh.

2. PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER
Menurut Undang–Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nasional berfungsi (1) Mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
; (2) Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sohan Modgil, etc dalam bukunya Multicultural Education : The Interminable Debate (1986) menyatakan bahwa hasil yang diinginkan dalam suatu Pendidikan adalah :

1. Manusia yang kritis, imajinatif, self criticsm, mampu mengungkapkan pendapat mampu berargumen, mampu mengumpulkan bukti yang kuat dan membuat kesimpulan,
2. Suatu hari dapat menjadi manusia yang berpendirian kuat dan hidup sebagai manusia bebas. Bebas disini mempunyai arti bebas dari ketidakpedulian, dogma, prasangka dan pada akhirnya bisa bebas memilih kepercayaan dan dapat merencanakan hidupnya,
3. Meningkatkan kualitas intelektual dan moral, keterbukaan pada dunia, bersikap objektivitas, keingintahuan akan ilmu, kemanusiaan dan pada akhirnya menghormati dan peduli pada sesama,
4. Bertujuan untuk mensosialisasikan peserta didik kepada intelektual yang lebih luas, moral, agama, dan pencapaian lain dalam diri manusia.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Pemerintah Indonesia, dalam hal ini khususnya Menteri Pendidikan Indonesia mencanangkan pendidikan berbasis karakter sebagai gerakan nasional mulai tahun ajaran 2011/2012. Pendidikan berkarakter ini dinilai penting dimulai sejak dini karena merekalah nantinya yang akan melanjutkan pembangunan Bangsa dan Negara Republik Indonesia.

3. PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Menurut Pasal 28 Undang–Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional : (1) PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar; (2) PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan/atau informal; (3) PAUD pada jalur jalur pendidikan formal yaitu berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Atfhal (RA), atau bentuk lain yang sederajat; (4) PAUD pada jalur pendidikan nonformal yaitu dapat berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat; (5) PAUD pada jalur pendidikan informal yaitu berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselanggarakan oleh lingkungan.

Tujuan utama PAUD adalah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak sedini mungkin baik pada aspek fisik, psikis dan sosial secara menyeluruh (Supriadi dalam Agung, 2010). Pembelajaran pada PAUD didasarkan atas sejumlah prinsip, yaitu : (1) didasarkan atas perkembangan anak; (2) belajar sambil bermain; (3) dilaksanakan dalam lingkungan yang kondusif dan inovatif; (4) dilaksanakan dengan pendekatan tematik dan terpadu; serta (5) diarahkan pada pengembangan potensi kecerdasan secara menyeluruh dan terpadu (Iskandar Agung, 2010). Pendidik pada kelembagaan PAUD, menurut Undang–Undang no. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, haruslah berpendidikan minimal S1/D4.

4. HAMBATAN DALAM PENYELENGGARAAN PAUD BERBASIS KARAKTER

4.1 Pendidikan Anak Usia Dini Pada Jalur Formal dan Nonformal Kebijakan pemerintah dalam mencanangkan Pendidikan Berbasis Karakter sebagai
gerakan nasional tentunya perlu mendapat perhatian khusus. Dalam pidatonya pada Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 2011 yang lalu, Menteri Pendidikan Nasional Bapak Moh. Nuh menyatakan bahwa kita harus mulai memberikan perhatian khusus pada PAUD karena merekalah yang nantinya akan melanjutkan pembangunan Bangsa dan Negara Republik Indonesia. Kondisi tumbuh kembang anak yang baik akan berpengaruh pada kualitas manusia (anak) di kemudian hari. Riset atas perkembangan anak dan hasil pendidikan menunjukkan keuntungan jangka panjang dan jangka pendek dari PAUD (Barnett, S.W 1992; Hart dan Schumacher, 2004; Shore, 1997 dalam Agung, 2010). Keuntungan jangka pendek PAUD adalah peningkatan aspek kecerdasan anak, sedangkan keuntungan jangka panjang adalah peningkatan angka penyelesaian sekolah (Agung, 2010). Penyelanggaran PAUD di Indonesia masih menemui beberapa hambatan, salah satunya adalah tingkat partisipasi masyarakat yang masih rendah. Berdasarkan data
pada tahun 2009, dari 28.6 juta anak berusia 0-6 tahun, 15.3 juta anak sudah terlayani PAUD baik formal mau pun nonformal. Hasil ini walaupun meningkat dari tahun–tahun sebelumnya, tetap saja memprihatinkan, karena jika mengacu pada Pembukaan Undang–Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa negara berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa, berarti negara harus berupaya memberikan dan menyelenggarakan pendidikan bagi seluruh anak Indonesia tanpa kecuali. Rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam menyertakan anaknya mengikuti PAUD formal ataupun nonformal tentu saja disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya :

1. Kemampuan Ekonomi Orang Tua
Sebagian besar lembaga PAUD, baik formal maupun nonformal, yang ada di Indonesia diselenggarakan oleh masyarakat dalam bentuk sebuah yayasan. Oleh karena itu biaya pendidikannya tentu saja dibebankan kepada orang tua dan karena kebutuhan biaya yang besar itulah maka banyak orang tua memutuskan untuk tidak mengikutsertakan anaknya kedalam lembaga PAUD tersebut. Hal ini tentu saja menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah Indonesia agar dapat memastikan pemerataan dan perluasan pendidikan, khususnya PAUD, sehingga semua anak Indonesia dapat menikmati pendidikan sejak usia dini.
2. Kondisi Geografis.
Kondisi geografis yang kurang mendukung pemberian kesempatan memperoleh pendidikan seorang anakadalah jarak dan waktu tempuh
dari rumah ke sekolah. Waktu tempuh dipengaruhi oleh jarak tempuh dan ketersediaan sarana transportasi (Balitbang, 2002). Pada kasus PAUD, dikarenakan peserta didiknya berusia 0–6 tahun, maka lokasi lembaga PAUD terkait menjadi sangat penting bagi orang tua yang ini mengikutsertakan anak–anaknya. Jarak tempuh yang jauh dan minimnya sarana transportasi tentu saja menyulitkan terutama bagi orang tua bekerja.
3.Motivasi Orang Tua.
Motivasi dapat diartikan sebagai keinginan atau dorongan
(Balitbang, 2002). Hambatan ini biasanya kita jumpai di daerah pedesaan dimana masyarakat di pedesaan masih memiliki anggapan bahwa a
naknya tidak perlu disekolahkan sampai ke perguruan tinggi, apalagi dimulai dari TK/RA. Bagi mereka yang terpenting adalah bagaimana nantinya anak mereka dapat membantu perekonomian keluarga. Hal ini juga terkait dengan pemahaman masyarakat bahwa sekolah yang wajib hanyalah SD sampai dengan SMP sesuai dengan program Wajib Belajar 9 Tahun dari pemerintah. Maka dari itu perlu adanya sosialisasi oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah, akan pentingnya pendidikan anak usia dini kepada seluruh lapisan masyarakat.
4. Ketersediaan Lembaga PAUD.
Poin ini sangat erat kaitannya dengan poin 2 sebelumnya. Sebagian besar Lembaga PAUD baik formal maupun nonformal hanya berada di kota–kota besar sehingga bagi orang tua yang lokasi tempat tinggalnya jauh dari tempat penyelenggaraan PAUD tersebut mengurungkan niatnya untuk mengikutsertakan anaknya. Selain itu, rasio antara jumlah penduduk, dalam hal ini anak usia 0–6 tahun, yang tidak sebanding dengan jumlah lembaga PAUD yang tersedia di suatu daerah juga merupakan hambatan dalam pelaksanaan PAUD.

Pada poin ini dapat kita simpulkan pentingnya pemerataan pendidikan oleh pemerintah. Pemerataan pendidikan memiliki arti pemberian kesempatan yang sama kepada setiap anak untuk mendapatkan pendidikan pada usia dini baik secara formal ataupun nonformal. Salah satu indikator yang menunjukkan pemerataan kesempatan pendidikan ini adalah Angka Partisipasi, yaitu rasio antara jumlah penduduk dengan jumlah penduduk usia sekolah yang dalam PAUD berarti usia 0–6 tahun Dari sisi tenaga pendidik, pendidik pada lembaga PAUD terutama pada jalur formal masih sangat memprihatinkan. Berdasarkan data Pusat Statistik Pendidikan tahun 2009/2010, dari total 276.835 orang guru dan kepala sekolah pada tingkat TK, hampir 80% atau 237.446 di antaranya
berlatarbelakang pendidikan dibawah S1 sedangkan Undang–Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mensyaratkan minimal S1/D4. Sebagian besar pendidik di TK/RA berlatarbelakang pendidikan SPG/SLTA keguruan. Selain dilihat dari segi latarbelakang pendidikan,
tenaga pendidik PAUD tentu harus dilihat kompetensinya dalam menghadapi anak–anak usia 0–6 tahun.

Penanganan anak usia 0–6 tahun tentunya jauh berbeda dengan anak 7 tahun ke atas. Maka dari itu perlunya perhatian pemerintah untuk meningkatkan kompetensi tenaga–tenaga pendidik PAUD dengan diselenggarakannya pelatihan–pelatihan ataupun seminar-seminar. Hal lain yang juga dapat menghambat penerapan Pendidikan Berbasis Karakter pada PAUD adalah dalam metode pembelajaran di lembaga–lembaga PAUD tersebut. Sampai saat ini masih belum ada standar resmi yang ditetapkan pemerintah mengenai kurikulum ataupun metode pembelajaran untuk PAUD. Masing–masing lembaga PAUD dapat menentukan sendiri metode pembelajaran dan kurikulumnya. Menurut Profesor Sandralyn Byrnes, Australia's & International Teacher of the Year, saat seminar kecil di acara Giggle Playgroup Day 2011, gelaran Miniapolis & Giggle Management, Jumat, 11 Februari 2011 lalu yang dikutip oleh http://www.kompas.com, menyatakan bahwa pada taraf PAUD anak–anak sudah diajarkan dasar-dasar cara belajar dan pondasinya. Metodenya tentu saja dengan cara belajar sambil bermain. Karena lewat bermain, anak tidak merasa dipaksa untuk belajar. Saat bermain, otak anak berada dalam keadaan yang tenang. Saat tenang itu, pendidikan pun bisa masuk dan tertanam. Kelas haruslah berisi kesenangan, antusiasme, dan rasa penasaran.

Bukan menjadi ajang tarik-ulur kekuatan antara murid-guru. Seharusnya terbangun sikap anak yang semangat untuk belajar. Lewat bermain yang iarahkan, mereka bisa belajar banyak; cara bersosialisasi, problem solving, negosiasi, manajemen waktu, resolusi konflik, berada dalam grup besar/kecil, kewajiban sosial, serta 1-3 bahasa. Dengan metode pembelajaran yang tepat, yaitu melakukan pembelajaran sesuai dengan
kapasitas anak usia dini, maka pendidikan berbasis karakter akan efektif dilakukan dan hasilnya diharapkan menjadi bekal bagi mereka ketika masuk sekolah dasar bahkan pada pendidikan yang lebih tinggi.

4.2 Pendidikan Anak Usia Dini Pada Jalur Informal.
PAUD pada jalur informal berbentuk pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga ataupun oleh lingkungan. Anak usia 0–6 tahun biasanya akan mengikuti apa yang dilakukan oleh orang tua mereka di rumah dan orang–orang terdekat dilingkungannya. Oleh karena itu, PAUD pada jalur informal ini memiliki peran yang jauh lebih penting karena pada kenyataannya pendidikan karakter seorang anak dimulai dari dalam keluarga. PAUD pada jalur informal ini terbentuk ketika para orang tua mengalami hambatan dalam mengikutsertakan anaknya ke lembaga–lembaga PAUD formal maupun nonformal yang tersedia. Sehingga para orang tua memilih untuk mendidik anak-anaknya sendiri di rumah sebagai bekal mereka memasuki sekolah dasar nantinya. Hambatan yang ada dalam PAUD informal ini adalah kurangnya informasi yang didapat oleh para orang tua tentang apa itu pendidikan berbasis karakter yang mulai dicanangkan oleh pemerintah terurtama bagi para orang tua yang tinggal di pedesaan. Tidak ada kurikulum khusus yang mengatur PAUD pada jalur informal ini, terutama dalam pendidikan berbasis karakter. Sehingga para orang tua biasanya hanya melakukan yang biasa dilakukan oleh para orang tua pada umumnya. Misal, untuk membuat anak tersebut berempati pada orang lain, orang tua hanya perlu mencontohkannya sehingga anak bisa melihat dan meniru yang dilakukan orang tua tersebut. Hambatan lainnya adalah masalah tradisi dan adat istiadat. Kita tahu bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan adat istiadatnya. Masing–masing daerah di Indonesia mempunyai aturan dan prinsip–prinsip tersendiri dalam hal mengasuh anak. Sehingga jika ingin Pendidikan Berbasis Karakter ini dijadikan gerakan nasional, maka perlu disesuaikan dengan adat istiadat masing–masing daerah.

Yang penting untuk selalu ditanyakan oleh orang tua adalah 5W1H, yaitu :
1. What.
Contohnya, apakah pendidikan berbasis karakter itu? Hasil apa yang diinginkan oleh pemerintah dengan pencanangan pendidikan berbasis karakter?
2. When.
Kapan harus dimulai pendidikan karakter ini?
3. Where.
Dimana seorang anak dapat mengikuti pendidikan yang mendukung program pemerintah tersebut?
4. Why.
Mengapa pendidikan berbasis karakter ini menjadi penting sehingga dijadikan sebagai gerakan nasional?
5. Who.
Siapa saja yang dapat menyelenggarakan program ini? Siapa saja sasarannya?
6. How.
Bagaimana cara kita, khususnya orang tua yang tidak mengikutkan anaknya ke dalam lembaga PAUD, dapat ikut mendukung program pemerintah tersebut? Bagaimanakah metode yang efektif utnuk membentuk karakter seorang anak sehingga dapat mencapai tujuan dan hasil yang sama dengan yang dicanangkan oleh pemerintah.

5. REKOMENDASI METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN BERBASIS
KARAKTER PADA PAUD.
Sampai saat ini PAUD pada jalur formal dan nonformal belum mempunyai kurikulum tetap yang ditetapkan oleh pemerintah. Maka dari itu masing–masing lembaga PAUD harus menyusun dengan baik metode pembelajaran yang efektif supaya pendidikan berbasis karakter ini dapat tersampaikan dengan baik. Beberapa artikel ataupun penelitian telah memberikan banyak rekomendasi tentang metode pembalajaran yang efektif terkait pendidikan berbasis karakter ini. UNESCO salah satunya, menerbitkan buku tentang pembelajaran yang dapat moulding the mind and character young generation. Metode pembelajaran yang dimaksud adalah :

1. Learning To Know,
yaitu proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik menghayati dan akhirnya dapat merasakan dan dapat menerapkan cara memperoleh
pengetahuan, suatu proses yang memungkinkan tertanamya sikap ilmiah, yaitu sikap ingin tahu dan selanjutnya menimbulkan rasa mampu untuk selalu mencari jawab atas masalah yang dihadapi. Hasil yang diharapkan adalah menciptakan peserta didik yang memiliki rasa joy of discovery
. Untuk menerapkan proses belajar seperti ini diperlukan sarana dan prasarana yang memadai, guru yang profesional, dan sistem evaluasi yang terus menerus. Pada PAUD jalur informal, proses pembelajaran ini bisa dilakukan dengan cara membacakan buku cerita atau mengajak anak berkunju
ng ke tempat–tempat yang berkaitan dengan pendidikan, tentunya proses ini harus dijalankan secara konsisten.

2.Learning To Do.
Pada proses belajar ini, sasaran akhir yang diinginkan adalah generasi muda yang dapat bekerja secara cerdas dengan memanfaatkan
IPTEK. Proses belajar seperti ini memerlukan suasana atau situasi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik menghadapi masalah untuk dipecahkan. Seperti misalnya bekerja secara berkelompok. Orang tua dapat pula menerapkan proses pembelajaran ini dengan cara mengajak serta anak ketika akan berkebun atau mengerjakan pekerjaan rumah.

3. Learning To Live Together.
Ketidakharmonisan antar umat manusia yang sering terjadi akhir–akhir ini di Indonesia membuat proses pembelajaran ini menjadi sangat penting. Hasil yang diinginkan pada proses ini adah menciptakan manusia yang tidak hanya bisa bekerja serta memecahkan masalah, tetapi juga mempunyai kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain dengan penuh toleransi, pengertian dan tanpa prasangka. Proses pembelajaran seperti ini perlu menciptakan situasi kebersamaan dalam waktu yang relatif lama.

4. Learning To Be.
Proses pembelajaran ini merupakan hasil akhir dari ketiga proses yang sebelumnya. Diharapkan ketika ketiga proses yang sebelumnya dapat
terlaksana dengan baik dan juga mencapai hasil yang diinginkan, maka pada akhirnya akan tercipta manusia yang mempunyai kepribadian mantap dan mandiri. Proses–proses pembelajaran di atas dapat terlaksana dengan baik tentu saja tidak lepas dari peran pendidiknya, dalam hal ini adalah guru dan orang tua. Dalam hal menanamkan karakter kepada anak–anak usia dini tentunya perlu penanganan yang tidak biasa seperti menangani anak–anak usia sekolah dasar atau lebih tinggi. Para pendidik dianjurkan untuk bisa mengasah kreativitasnya dalam melakukan metode pembelajaran. Kreativitas yang dimaksud di sini adalah kemampuan pendidik dalam meninggalkan gagasan, ide–ide, hal-hal yang dinilai mapan, rutinitas, usang, dan beralih untuk menghasilkan atau memunculkan gagasan, ide–ide, dan tindakan yang baru dan menarik, apakah itu utnuk pemecahan suatu masalah, suatu metode atau alat, suatu obyek atau bentuk artistik yang baru, dan lain–lainnya. Kemampuan menghasilkan atau memunculkan gagasan, ide–ide baru itu terwujud ke dalam pola perilaku yang dinilai kreatif pula (Agung, 2007). Kreativitas para pendidik pada PAUD dianggap perlu dan penting dikarenakan anak–anak usia 0–6 tahun pada dasarnya masih senang bermain daripada harus belajar duduk di kelas dari pagi sampai siang. Maka dari itu, walaupun pendidik pada PAUD sudah memiliki kualifikasi pendidikan yang cukup dan dapat menguasai bahan ajaran yang ditentukan, tetapi kurang mampu mengemasnya dalam kegiatan belajar–mengajar kepada peserta didik, mengakibatkan peserta didik akan cepat bosan dan tentunya bahan ajaran yang disampaikan tidak akan diterima dengan baik oleh peserta didik. Pada PAUD, konsep utama dalam belajar mengajar adalah belajar sambil bermain. Maka pelaksanaan konsep belajar sambil bermain inilah yang memerlukan kretivitas pendidiknya.

Metode pembelajaran lainnya yang dapat dijadikan referensi adalah menyelenggarakan pendidikan alternatif seperti sekolah alam. Saat ini sudah banyak lembaga-lembaga PAUD, terutama lembaga PAUD formal, yang menerapkan konsep sekolah alam. Pada dasarnya sekolah alam ini memiliki keinginan untuk memperkenalkan kembali manusia kepada alamnya. Di sekolah alam ini, anak–anak akan diajarka untuk menghargai dan menghormati alam sekitarnya. Konsep belajar kepada alam ini tentu saja dapat membuat anak– anak lebih menghargai dan mempunyai rasa empati dan simpati terhadap makhluk hidup lainnya. Hal initentu saja sejalan dengan Pendidikan Berbasis Karakter yang dicanangkan oleh pemerintah.
Dalam sebuah artikel, Indonesia Heritage Foundation (IHF) juga merekomendasikan sebuah metode pembelajaran yang dapat mendukung program pendidikan berbasis karakter ini, yaitu Model Pendidikan Holistik. Model Pendidikan Holistik ini memfokuskan pada pembentukan 9 Pilar Karakter kepada para peserta didik. 9 Pilar Karakter yang dimaksud adalah

(1) Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya
(2) Tanggung jawab, Kedisiplinan dan Kemandirian
(3) Kejujuran/Amanah dan Arif
(4) Hormat dan Santun
(5) Dermawan, Suka menolong dan Gotong-royong/Kerjasama
(6) Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja keras
(7) Kepemimpinan dan Keadilan
(8) Baik dan Rendah Hati
(9) Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan

Disamping 9 Pilar karakter di atas, IHF juga mengembangkan materi untuk mengajarkan kebersihan, kesehatan, kerapian dan keamanan pada anak.
Metode yang digunakan disebut sebagai “Refleksi Rutin” atau Apperception. Setiap pagi anak-anak diminta untuk mengikuti kegiatan refleksi Pilar selama 15-20 menit sesuai dengan Pilar yang sedang diterapkan saat itu (Maryuni, 2011). Beberapa metode yang telah disebutkan di atas hanya merupakan sebuah referensi dari berbagai hasil penelitian dan buku. Pada PAUD tentu saja yang terutama adalah melakukan metode belajar mengajar yang mangacu pada kemampuan masing–masing anak. Dalam satu metode penerapannya tentu bisa berbeda tergantung dari pribadi anak masing–masing yang menjadi sasaran. Peran orang tua juga tidak kalah pentingnya, walaupun sudah diikutsertakan ke dalam lembaga PAUD baik formal maupun nonformal, karakter seorang anak tetap dibentuk dari keluarga sendiri.

5. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

5.1.1
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan faktor penting dalam pendidikan di Indonesia. Pada tahun 2011, Pemerintah Indonesia, khususnya menteri Pendidikan Indonesia, mulai mencanangkan Pendidikan Berbasis Karakter sebagai gerakan Nasional yang dimulai dari PAUD sampai Perguruan Tinggi.

5.1.2
Menurut Undang–Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nasional berfungsi (1) Mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (2) Pendidikan
nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

5.1.3
Menurut Pasal 28 Undang–Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional : (1) PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar; (2) PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan/atau informal; (3) PAUD pada jalur jalur pendidikan formal yaitu berbentuk Taman Kanak–Kanak (TK), Raudhatul Atfhal (RA), atau bentuk lain yang sederajat; (4) PAUD pada jalur pendidikan nonformal yaitu dapat berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat; (5) PAUD pada jalur pendidikan informal yaitu berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselanggarakan oleh lingkungan.

5.1.4
Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Karakter pada tingkat PAUD formal dan nonformal memiliki berbagai hambatan, di antaranya adalah tingkat
partisipasi masyarakat yang masih rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain faktor ekonomi keluarga, kondisi geografis,
motivasi dari orang tua dan ketersediaan Lembaga PAUD baik formal maupun nonformal.

5.1.5
Hambatan lainnya dalam pelaksanaan Pendidikan Berbasis Karakter ini adalah dari segi tenaga pendidik. Dalam Undang–Undang no. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen mensyaratkan latar belakang pendidik minimal S1/D4. Namun pada kenyataannya, tenaga pendidik untuk PAUD pada jalur formal (TK/RA) sebagian besar memiliki latar belakang pendidikan SPG/SLTA keguruan.

5.1.6
Dari segi metode belajar yang dilaksanakan oleh lembaga–lembaga PAUD formal dan nonformal juga dapat menjadi hambatan tersendiri. Metode
belajar pada tingkat PAUD yang diutamakan adalah belajar sambil bermain. Karena lewat bermain, anak tidak merasa dipaksa untuk belajar. Saat
bermain, otak anak berada dalam keadaan yang tenang. Saat tenang itu, pendidikan pun bisa masuk dan tertanam. Kelas haruslah berisi kesenangan, antusiasme, dan rasa penasaran.

5.1.7
Pada PAUD jalur informal, pelaksanaan Pendidikan Berbasis Karakter juga menemui berbagai hambatan. Hambatan yang paling utama adalah
kurangnya informasi yang didapat oleh para orang tua tentang betapa pentingnya pendidikan anak yang berbasis karakter.

5.1.8
Hambatan lainnya adalah masalah tradisi dan adat istiadat. Kita tahu bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan adat istiadatnya. Masing–masing daerah di Indonesia mempunyai aturan dan prinsip–prinsip tersendiri dalam hal mengasuh anak. Sehingga jika ingin Pendidikan Berbasis Karakter ini dijadikan gerakan nasional, maka perlu disesuaikan dengan adat istiadat masing–masing daerah.

5.1.9
Beberapa rekomendasi pembelajaran yang telah banyak diberikan melalui berbagai penelitian dan pendapat para ahli dapat digunakan sebagai bahan
acuan dalam Pendidikan Berbasis Karakter pada tingkat PAUD. UNESCO telah menerbitkan buku tentang pembelajaran yang dapat moulding the mind and character young generation.

Dalam buku tersebut dijelaskan metode pembelajaran yang efektif adalah
- Learning To Know, Learning To
- Do, Learning To Live Together, dan
- Learning To Be.

5.1.10
Indonesia Heritage Foundation (IHF)
merekomendasikan metode belajar
yang disebut
Model Pendidikan Holistik. Model Pendidikan Holistik ini
memfokuskan pada pembentukan 9 Pilar Karakter kepada para peserta
didik. 9 Pilar Karakter yang dimaksud adalah:

(1) Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya
(2) Tanggung jawab, Kedisiplinan dan Kemandirian
(3) Kejujuran/Amanah dan Arif
(4) Hormat dan Santun
(5) Dermawan, Suka menolong dan Gotong-royong/Kerjasama
(6) Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja keras
(7) Kepemimpinan dan Keadilan
(8) Baik dan Rendah Hati
(9) Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan

Disamping 9 Pilar karakter di atas, IHF juga mengembangkan materi untuk mengajarkan kebersihan, kesehatan, kerapian dan keamanan pada anak.
Metode yang digunakan disebut sebagai “Refleksi Rutin” atau Apperception. Setiap pagi anak-anak diminta untuk mengikuti kegiatan refleksi Pilar selama 15-20 menit sesuai dengan Pilar yang sedang diterapkan saat itu (Maryuni, 2011).

5.1.11
Metode pembelajaran lainnya yang dapat dijadikan referensi adalah menyelenggarakan pendidikan alternatif seperti sekolah alam. Saat ini
sudah banyak lembaga–lembaga PAUD, terutama lembaga PAUD formal, yang menerapkan konsep sekolah alam. Pada dasarnya sekolah alam ini
memiliki keinginan untuk memperkenalkan kembali manusia kepada alamnya. Di sekolah alam ini, anak–anak akan diajarka untuk menghargai
dan menghormati alam sekitarnya. Konsep belajar kepada alam ini tentu saja dapat membuat anak–anak lebih menghargai dan mempunyai rasa
empati dan simpati terhadap makhluk hidup lainnya.

5.1.12
Selain metode pembelajaran yang baik, Pendidikan Berbasis Karakter perlu didukung oleh kreativitas dari tenaga pendidik dalam mengemas metode
– metode tersebut menjadi sistem belajar mengajar yang efektif. Kreativitas yang dimaksud di sini adalah kemampuan pendidik dalam meninggalkan
gagasan, ide–ide, hal–hal yang dinilai mapan, rutinitas, usang, dan beralih untuk menghasilkan atau memunculkan gagasan, ide–ide, dan tindakan yang baru dan menarik, apakah itu utnuk pemecahan suatu masalah, suatu metode atau alat, suatu obyek atau bentuk artistik yang baru, dan lain–lainnya

5.2 SARAN
Sesuai dengan pencanangan yang telah dilakukan oleh pemerintah, yaitu Pendidikan Berbasis Karakter sebagai Gerakan Nasional yang akan dimulai dari tingkat PAUD sampai dengan Perguruan Tinggi, maka dapat kita simpulkan bahwa PAUD memiliki faktor yang penting dalam membentuk karakter anak.
Dari berbagai hambatan yang telah diuraikan, maka disarankan berbagai langkah
sebagai berikut :

5.2.1
Perlu adanya pemerataan pendidikan, khususnya pada tingkat PAUD formal dan nonformal sehingga seluruh anak di Indonesia usia 0–6 tahun dapat merasakan PAUD pada jalur formal maupun nonformal. Pemerataan pendidikan yang dimaksud adalah memperbanyak lembaga PAUD formal dan nonformal.

5.2.2
Perlu sosialisasi yang menyeluruh, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, mengenai apa itu Pendidikan Berbasis Karakter,
bagaimana anak–anak mendapatkannya, dan sebagainya.

5.2.3
Peningkatan kualitas tenaga pendidik PAUD pada tingkat formal dan nonformal melalui pelatihan–pelatihan dan seminar–seminar.
Pelatihan–pelatihan yang dilakukan juga harus menyeluruh dan dapat langsung dipraktekan (tidak hanya berupa materi saja).

5.2.4
Jika memungkinkan, PAUD dapat dijadikan pendidikan wajib seperti SD dan SMP untuk menunjang pemerataan PAUD di Indonesia.

5.2.5
Perlu adanya kurikulum yang tetap untuk PAUD sehingga dapat diterapkan menyeluruh oleh lembaga–lembaga PAUD formal di Indonesia. Kurikulum ini tentu harus disesuaikan dengan keadaan masing–masing daerah terkait dengan keragaman adat istiadat yang berbeda di Indonesia.

5.2.6
Adanya pengalokasian dana oleh pemerintah untuk PAUD dalam hal memberikan fasilitas belajar dan bermain untuk PAUD.

Daftar Pustaka

:: Agung, I. 2010. Perluasan Wajib Belajar 12 Tahun : Suatu Pemikiran. Jurnal Penelitian
Kebijakan Pendidikan : 119–135 Agung, I dan Drs. Suharjono, MM
:: 2007. Inventarisasi dan Kajian Inovasi Pendidikan : Penyelenggaraan Pendidikan Alternatif (Sekolah Alam dan SMP Alternatif). Pusat
Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Balitbang Kemdiknas : Jakarta
:: Agung, I dan Drs. Suharjono, MM. 2007. Kreativitas Pembelajaran di Jenjang Dikdas.
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Balitbang Kemdiknas : Jakarta
:: http://female.kompas.com/read/2011/02/12/19564528/Ada.Apa.dengan.Pendidikan.Anak
.Usia.Dini.di.Indonesia. diakses 1 Juni 2011
:: http://female.kompas.com/read/2009/05/15/20340696/Fokuskan.Pendidikan.Usia.Dini.ke
.Anak.Usia.0-6.Tahun. diakses 1 Juni 2011
:: http://female.kompas.com/read/2011/02/13/05354263/Mengapa.Pendidikan.Anak.Usia.D
ini.Penting. diakses 1 Juni 2011
:: Indonesia Heritage Foundation, Model Pendidikan Holistik. Tersedia : http://
ihf-org.tripod.com
. Diakses 1 Juni 2011
:: Pusat Statistik Pendidikan. 2010. Statistik Pendidikan Nonformal.
Kemdiknas : Jakarta
:: Pusat Statistik Pendidikan. 2010. Statistik Pendidikan TK.
Kemdiknas : Jakarta
:: Yendri, W, Nur Berlian
dan LH. Winingsih. 2007. Pemerataan dan Perluasan Akses
Pendidikan. Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Balitbang Kemdiknas :
Jakarta

Secercak Cerita Pasir dan Batu

windowsbie7-secercak-cerita-pasir-dan-batu
Dua orang pengembara sedang melakukan perjalanan. Mereka tengah melintasi padang pasir yang sangat luas. Sepanjang mata memandang hanya ada pasir membentang. Jejak-jejak kaki mereka meliuk-liuk di belakang. Membentuk kurva yang berujung di setiap langkah yang mereka tapaki. Debudebu pasir yang beterbangan memaksa mereka berjalan merunduk.

Tiba-tiba badai datang. Angin besar menerjang mereka. Hembusannya membuat tubuh dua pengembara itu limbung. Pasir betebaran di sekeliling mereka. Pakaian mereka mengelepak, menambah berat langkah mereka yang terbenam di pasir. Mereka saling menjaga dengan tangan
berpegangan erat. Mereka mencoba melawan ganasnya badai.

Badai reda, tapi musibah lain menimpa mereka. Kantong bekal air minum mereka terbuka saat badai tadi. Isinya tercecer. Entah gundukan pasir mana yang meneguknya. Kedua pengembara itu duduk tercenung, menyesali kehilangan itu. "Ah.., tamatlah riwayat kita," kata pengembara pertama. Lalu ia menulis di pasir dengan ujung jarinya. "Kami sedih. Kami kehilangan bekal minuman kami di tempat ini."
Kawannya, si pengembara dua pun tampak bingung. Namun, mencoba tabah. Membereskan perlengkapannya dan mengajak kawannya melanjutkan perjalanan. Setelah lama menyusuri padang pasir, mereka melihat ada oase di kejauhan. "Kita selamat," seru salah seorang di antara mereka. "Lihat, ada air di sana."

Dengan sisa tenaga yang ada, mereka berlari ke oase itu. Untung, bukan fatamorgana. Benar-benar sebuah kolam. Meski kecil tapi airnya cukup banyak. Keduanya pun segera minum sepuas-puasnya dan mengisi kantong air. Sambil beristirahat, pengembara pertama mengeluarkan pisau genggamnya dan memahat di atas sebuah batu. "Kami bahagia. Kami dapat melanjutkan perjalanan karena menemukan tempat ini.”

Pengembara kedua heran. "Mengapa kini engkau menulis di atas batu, sementara tadi kau menulis di pasir?" Yang ditanya tersenyum. "Saat kita mendapat kesusahan, tulislah semua itu di pasir. Biarkan angin keikhlasan membawanya jauh dari ingatan. Biarkan catatan itu hilang bersama menyebarnya pasir ketulusan. Biarkan semuanya lenyap dan pupus," jawabnya dengan bahasa cukup puitis. "Namun, ingatlah saat kita mendapat kebahagiaan. Pahatlah kemuliaan itu di batu agar tetap terkenang dan membuat kita bahagia. Torehlah kenangan kesenangan itu di kerasnya batu agar tak ada yang dapat menghapusnya. Biarkan catatan kebahagiaan itu tetap ada. Biarkan semuanya tersimpan." Keduanya bersitatap dalam senyum mengembang. Bekal air minum telah didapat, istirahat pun telah cukup, kini saatnya untuk melanjutkan perjalanan. Kedua pengembara itu melangkah dengan ringan seringan angin yang bertiup mengiringi.

Teman, kesedihan dan kebahagiaan selalu hadir Berselang-seling mewarnai panjangnya hidup ini. Keduanya mengguratkan memori di hamparan pikiran dan hati kita. Namun, adakah kita bersikap seperti pengembara tadi, yang mampu menuliskan setiap kesedihan di pasir agar angin keikhlasan
membawanya pergi? Adakah kita ini sosok tegar yang mampu melepaskan setiap kesusahan bersama terbangnya angin ketulusan?

Teman, cobalah untuk selalu mengingat setiap kebaikan dan kebahagiaan yang kita miliki. Simpanlah semua itu di dalam kekokohan hati kita agar tak ada yang mampu menghapusnya. Torehkan kenangan bahagia itu agar tak ada angin kesedihan yang mampu melenyapkannya. Insya Allah, dengan begitu kita akan selalu optimistis dalam mengarungi panjangnya hidup ini.

Memperhatikan Kesehatan Anggota Keluarga dan Pengobatannya

Bila salah seorang dari anggota keluarga Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam  sakit, beliau memberi jampi-jampi dengan membaca surat-surat mu'awwidzat (surat Al-lkhlash, surat Al-Falaq dan surat An-Nas).
Dan bila anggota keluarga beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sakit beliau menyuruh dibuatkan sup, lalu mereka pun disuruhnya menghirup sup tersebut. Beliau bersabda:

"Sesungguhnya sup itu menguatkan hati orang yang bersedih dan membuka hati orang yang sakit sebagaimana salah seorang dari kamu membersihkan kotoran dari wajahnya".

 
Tentang beberapa cara tindakan preventif dan keselamatan; Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Jika telah sore maka tahanlah anak-anak kalian (di rumah),karena sesungguhnya setan berkeliaran ketika itu. Dan jika sebagian malam telah berlalu maka biarkanlah mereka (keluar sebentar, jika hal itu sangat diperlukan), kuncilah pintu-pintu serta sebutlah nama Allah, dan tutuplah semua bejana serta sebutlah nama Allah,meskipun dengan meletakkan sesuatu (batang kayu, misalnya) di atasnya, dan matikanlah lampu-lampu kalian".

 
Dalam riwayat Muslim disebutkan:

"Kuncilah pintu-pintu kalian, tutuplah bejana-bejana kalian,matikanlah lampu-lampu kalian, eratkanlah tutup botol minuman  kalian. Karena sesungguhnya setan tidak membuka pintu yang terkunci, tidak membuka penutup, tidak melepas ikatan. Dan sesungguhnya tikus itu dapat menimbulkan kebakaran dirumah terhadap penghuninya".

 
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam  bersabda:

"Janganlah kalian meninggalkan api di rumah kalian saat kalian sedang tidur".

Selembar Surat Bukan Surat Biasa

Di suatu kota, tersebutlah seorang pemuda yang mengidap suatu penyakit. Kian hari, sakitnya semakin parah hingga tubuhnya menjadi kurus dan semakin lemah. Secara medis penyakit yang dideritanya sudah diketahui obatnya. Namun, meskipun dia sudah meminum obat itu tetap saja penyakitnya tidak kunjung sembuh sehingga membuat seluruh dokter dan tabib di kota itu menjadi heran.

Hingga suatu ketika, pemuda itu mendapatkan kiriman sebuah surat. Ajaibnya, ketika membaca surat tersebut wajah pemuda yang selama ini pucat membeku menjadi cerah dan menunjukkan cahaya kehidupan. Dan semenjak itu, kesehatan pemuda itu berangsur-angsur membaik. Obat-obat yang diminumnya mulai menunjukkan pengaruh yang sangat nyata. Dan dalam waktu yang tidak terlalu lama, pemuda itu telah sembuh dari penyakit yang menggerogoti tubuhnya.

Para dokter dan tabib yang merawatnya pun menjadi penasaran dengan isi surat tersebut. Ketika membaca surat itu, mereka masih juga heran. Didalam surat tersebut tidak ada kata-kata yang aneh, bahkan hanya terdapat sebaris kata sapaan dan dibawahnya tertulis resep dan saran-saran untuk pemuda tersebut. Resep dan saran-saran yang tertulis itu pun sama saja dengan resep dan saran yang pernah mereka berikan. Lalu mereka menyimpulkan bahwa surat itu hanya surat biasa, dan kesembuhan pemuda itu tidak ada hubungannya dengan surat tersebut.

Namun, tidak begitu bagi sang pemuda. Surat itu ternyata berasal dari seorang gadis yang sudah lama pergi meninggalkan kota itu. Dulu, gadis itu adalah sahabat yang selalu menemani pemuda itu, membantunya, juga menyemangatinya. Mereka bukan sepasang kekasih waktu itu, tak pernah terucap kata cinta dari mulut mereka, tak pernah pula mereka mengucap janji untuk bertemu lagi. Sehingga pemuda itupun tak pernah sadar kalau jauh di lubuk hatinya, dia begitu merindukan gadis yang setelah menyelesaikan pendidikan dokternya, pergi meninggalkan kota itu tanpa sempat berpamitan dengan sang pemuda yang sebenarnya telah sangat membutuhkannya.

Setelah berlalu sekian lama, gadis itu mendapat kabar dari seorang temannya tentang pemuda yang sakit dan tak kunjung sembuh di kotanya. Saat mengetahui bahwa pemuda yang diceritakan itu adalah sahabatnya dulu, maka dia segera menulis surat untuknya. Bukan surat yang istimewa, hanya sapaan yang biasa, tak ada kata cinta dan tak ada ungkapan rindu tertulis disana. Namun, bagi pemuda itu pengaruhnya begitu besar. Dari sudut hatinya, muncul sinar kehidupan yang segera mempengaruhi seluruh tubuhnya, tiap sel di tubuhnya menjadi lebih kuat, setiap organnya bekerja dengan lebih baik dan sempurna.

======================================================

Ilustrasi diatas hanyalah sebuah pengantar untuk menggambarkan mukjizat dari suatu rangkaian kata. Jika sebuah surat yang demikian sederhana dan ditulis oleh seorang manusia saja bisa menunjukkan keajaiban semacam itu, maka pasti sebuah surat yang ditulis oleh Sang Kekasih Sejati akan memberikan mukjizat yang jaaaauuuuh lebih nyata. Demikianlah Al-Qur’an telah diturunkan oleh Sang Maha Pengasih, melalui kekasihNya yang paling mulia Rasulullah Muhammad SAW.

Al-Qur’an tertulis dengan sedemikian rupa hingga tiap suratnya, tiap ayatnya, tiap kalimatnya, bahkan tiap kata dan hurufnya terdengar indah ketika dilantunkan, dibaca dan didengarkan. Didalamnya, terdapat kata-kata cinta untuk kita hamba yang begitu dicintaiNya. Didalamnya pula, terdapat resep obat yang berkhasiat jika kita mengkonsumsinya. Juga jalan hidup yang begitu mulia jika kita mau menjalankannya.

Jadi, bukan hal yang mustahil jika lantunan ayat Al-Quran bisa menyembuhkan penyakit baik medis maupun non-medis. Baik penyakit  fisik maupun psikis. Apalagi jika kemudian diikuti dengan mengamalkan tiap syariat yang tercantum didalamnya, juga menjauhi larangan yang disebutkan didalamnya. Karena Al-Qur’an bukan sekedar surat cinta, Al-Qur’an lebih dari sekedar resep, Al-Qur’an bukan hanya syair ataupun kisah, bukan pula hanya kitab Undang-undang. Al-Qur’an adalah mukjizat yang begitu nyata, mencakup itu semua, tapi sekaligus lebih dari itu semua.

Di akhir tulisan ini, saya mengutip satu ayat Al-Qur’an surah Al-Israa’ ayat 82 yang berbunyi:

وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌۭ وَرَحْمَةٌۭ لِّلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارًۭا
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.
======================================================

Saya menulis catatan ini, bukan berarti saya orang yang shalih. Bahkan sangat jauh dari kriteria baik apalagi hamba yang shalih. Saya hanya orang yang mencoba menjadi hamba yang baik, dengan lebih mencintai Al-Qur’an.


Mari saling memberi nasehat kebaikan
Barakallahu liy wa lakum
*Diilhami dari obrolan dengan seorang kawan waktu Januari 2011, dan dengan Abah liburan kemarin

Pentingnya Penyembuhan dengan al-Qur'an dan as-Sunnah

Tidak diragukan lagi bahwa penyembuhan dengan al-Qur'an dan dengan apa yang ditegaskan dari Nabi صلي الله عليه وسلم berupa ruqyah,[1] merupakan penyembuhan yang bermanfaat sekaligus penawar yang sempurna.
Allah عزّوجلّ berfirman:
قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَآءٌ
"Katakanlah, 'al-Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman."' (QS. Fushshilat: 44).
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاء وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
"Dan Kami turunkan dari al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Al-Israa': 82).
Pengertian "dari al-Qur'an", pada ayat di atas, maksudnya adalah al-Qur'an itu sendiri. Karena al-Qur'an secara keseluruhan adalah penyembuh, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas.[2]
Allah عزّوجلّ berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاء لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
Hai sekalian manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Rabb kalian, dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. " (QS. Yunus: 57).
Dengan demikian, al-Qur'an merupakan penyembuh yang sempurna di antara seluruh obat hati dan juga obat fisik, sekaligus sebagai obat bagi seluruh penyakit dunia dan akhirat. Tidak setiap orang mampu dan mempunyai kemampuan untuk melakukan penyembuhan dengan al-Qur'an. Jika pengobatan dan penyembuhan itu dilakukan secara baik terhadap penyakit, dengan didasari kepercayaan dan keimanan, penerimaan yang penuh, keyakinan yang pasti, pemenuhan syarat-syaratnya, maka tidak ada satu penyakit pun yang mampu melawannya untuk selamanya. Bagaimana mungkin penyakit-penyakit itu akan menentang dan melawan firman-firman Rabb bumi dan langit yang jika (firman-firman itu) turun ke gunung, maka ia akan memporakporandakan gunung-gunung tersebut, atau jika turun ke bumi, niscaya ia akan membelahnya. Oleh karena itu, tidak ada satu penyakit hati dan juga penyakit fisik pun melainkan di dalam al-Qur'an terdapat jalan penyembuhannya, penyebabnya, serta pencegahan terhadapnya, bagi orang yang dikaruniai pemahaman oleh Allah terhadap kitab-Nya. Dan Allah عزّوجلّ (Yang Mahaperkasa lagi Mahaagung) telah menyebutkan di dalam al-Qur'an beberapa penyakit hati dan fisik, disertai juga penyebutan penyembuhan hati dan juga fisik.
Adapun penyakit-penyakit hati terdiri dari dua macam, yaitu: penyakit syubhat (kesamaran) atau ragu, dan penyakit syahwat atau hawa nafsu. Allah yang Mahasuci telah menyebutkan beberapa penyakit hati secara terperinci yang disertai dengan beberapa sebab, sekaligus cara penyembuhan penyakit-penyakit tersebut.[3]
أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَى عَلَيْهِمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَى لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
"Dan apakah tidak cukup bagi mereka, bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur'an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya di dalam al-Qur'an itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. " (QS. Al-Ankabuut: 51).
Al-'Allamah Ibnul Qayyim رحمه الله mengemukakan:
فَـمَنْ لَـمْ يَشْفِهِ الْـقُرْآنُ فَـلاَ شَفَاهُ اللهُ، وَمَـنْ لَـمْ يَكْفِهِ فَـلاَ كَـفَاهُ اللهُ
"Barangsiapa yang tidak dapat disembuhkan oleh al-Qur'an, berarti Allah tidak memberikan kesembuhan kepadanya. Dan barangsiapa yang tidak dicukupkan oleh al-Qur'an, maka Allah tidak memberikan kecukupan kepadanya."[4]
Sedangkan mengenai penyakit-penyakit badan atau fisik, al-Qur'an telah membimbing dan menunjukkan kita kepada pokok-pokok pengobatan dan penyembuhannya, dan juga kaidah-kaidah yang dimilikinya. Yakni, bahwa kaidah pengobatan penyakit badan secara keseluruhan ada di dalam al-Qur'an, yaitu ada tiga poin:
1.    Menjaga kesehatan.
2.    Melindungi diri dari hal-hal yang dapat menimbulkan penyakit.
3.    Mengeluarkan unsur-unsur yang merusak badan.
Dan berdasarkan pada hal inilah seluruh pembagian dari jenis-jenis di atas.[5]
Jika seorang hamba melakukan penyembuhan dengan al-Qur'an secara baik dan benar, niscaya dia akan melihat pengaruh yang sangat menakjubkan dalam penyembuhan yang cepat.
Imam Ibnul Qayyim رحمه الله تعالي  berkata: "Pada suatu ketika aku pernah jatuh sakit, tetapi aku tidak menemukan seorang dokter atau obat penyembuh. Lalu aku berusaha mengobati dan menyembuhkan diriku dengan surat al-Fatihah, maka aku melihat pengaruh yang sangat menakjubkan. Aku ambil segelas air zam-zam dan membacakan padanya surat al-Fatihah berkali-kali, lalu aku meminumnya hingga aku mendapatkan kesembuhan total. Selanjutnya aku bersandar dengan cara tersebut dalam mengobati berbagai penyakit dan aku merasakan manfaat yang sangat besar. Kemudian aku beritahukan kepada banyak orang yang mengeluhkan suatu penyakit dan banyak dari mereka yang sembuh dengan cepat."[6]
Demikian juga pengobatan dengan ruqa (jama dari ruqyah) Nabawi yang shahih riwayatnya, merupakan obat yang sangat bermanfaat. Dan juga suatu do'a yang dipanjatkan, apabila do'a tersebut terhindar dari penghalang-penghalang terkabulnya do'a itu, maka ia merupakan sebab yang sangat bermanfaat dalam menolak hal-hal yang tidak disenangi dan tercapainya hal-hal yang diinginkan. Yang demikian itu termasuk salah satu obat yang sangat bermanfaat, khususnya yang dilakukan secara berkali-kali. Dan do'a pun berfungsi sebagai penangkal bala' (musibah), mencegah dan menyembuhkannya, menghalangi turunnya, atau meringankannya jika ternyata sudah sempat turun.[7]
الدُّعَاءُ يَنْفَعُ مِـمَّا نَزَلَ وَمِـمَّا لَـمْ يَنْزِلْ، فَعَلَيْكُمْ عِبَادَ اللهِ بِالدُّعَاءِ
"Do'a itu bermanfaat terhadap apa yang sudah menimpa atau yang belum menimpa. Oleh karena itu, wahai sekalian hamba Allah, hendaklah kalian berdo'a." [8]
لَا يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ، وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ
"Tidak ada yang dapat mencegah qadha (takdir) kecuali do'a dan tidak ada yang dapat memberi tambahan pada umur kecuali kebajikan." [9]
Tetapi di sini terdapat suatu hal yang harus dimengerti dengan cermat, yaitu bahwa ayat-ayat, dzikir-dzikir, do'a-do'a dan beberapa ta'awwudz (permohonan perlindungan kepada Allah) yang dipergunakan untuk mengobati atau untuk ruqyah pada hakikatnya pada semua ayat, dzikir-dzikir, do'a-do'a dan ta'awudz itu sendiri memberi manfaat yang besar dan juga dapat menyembuhkan. Namun ia memerlukan penerimaan (dari orang yang sakit) dan kekuatan orang yang mengobati dan pengaruhnya. Jika suatu penyembuhan itu gagal, maka yang demikian itu disebabkan oleh lemahnya pengaruh pelaku, atau karena tidak adanya penerimaan oleh pihak yang diobati, atau adanya rintangan yang kuat di dalamnya yang menghalangi reaksi obat.
Pengobatan dengan ruqyah ini dapat dicapai dengan adanya dua aspek, yaitu dari pihak pasien (orang yang sakit) dan dari pihak orang yang mengobati.
Yang berasal dari pihak pasien adalah berupa kekuatan dirinya dan kesungguhan bergantung kepada Allah, serta keyakinannya yang pasti bahwa, al-Qur'an itu memang penyembuh sekaligus rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan ta'awwudz yang benar yang sesuai antara hati dan lisan, maka yang demikian itu merupakan suatu bentuk perlawanan. Dan seseorang yang melakukan perlawanan itu tidak akan memperoleh kemenangan dari musuh kecuali dengan dua hal, yaitu:
Pertama, senjata yang dipergunakan, keadaannya harus benar, bagus dan kedua tangan yang menggunakannya pun harus kuat. Jika salah satu dari keduanya hilang, maka senjata itu tidak banyak berarti, apalagi jika kedua hal di atas tidak ada, yaitu, hatinya kosong dari tauhid, tawakal, takwa, tawajjuh (menghadap, bergantung sepenuhnya kepada Allah) dan tidak memiliki senjata.
Kedua, dari pihak yang mengobati dengan al-Qur'an dan as-Sunnah, juga harus memenuhi kedua hal di atas.[10] Oleh karena itu, Ibnu at-Tin rahimahullabu Ta 'ala berkata: "Ruqyah dengan menggunakan beberapa kalimat ta'awwudz dan juga yang lainnya dari nama-nama Allah adalah pengobatan rohani. Jika dilakukan oleh lisan orang-orang yang baik, maka dengan izin Allah Ta'ala akan terwujud kesembuhan tersebut."[11]
Para ulama telah sepakat untuk membolehkan ruqyah dengan tiga syarat, yaitu:
1.    Ruqyah itu dengan menggunakan firman Allah Ta'ala atau asma dan sifat-Nya atau sabda Rasulullah صلي الله عليه وسلم.
2.    Ruqyah itu boleh diucapkan dalam bahasa Arab atau bahasa lain yang difahami maknanya.
3.    Harus diyakini bahwa bukanlah dzat ruqyah itu sendiri yang memberikan pengaruh, tetapi yang memberi pengaruh itu adalah kekuasaan Allah عزّوجلّ,[12] sedangkan ruqyah hanya merupakan salah satu sebab saja.[13]